Jamaah Jumat rahimakumullah,
Allah Ta’ala telah memberikan perumpamaan tentang dunia tentang kehinaannya dan fananya serta sirnanya keindahannya dengan berfirman,
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Al-Kahfi: 45]
Orang-orang kafir sangat takjub dengan perhiasan dunia ini karena dia memang cenderung kepada dunia dan menjadikan dunia sebagai tempat menetapnya. Sementara orang beriman mengambil dunia ini sesuai dengan kebutuhannya dan tidak tertipu dengannya.
Hal ini karena orang mukmin itu yakin bahwa dunia itu tempat tinggal sementara bukan tempat menetapnya. Bila dia terpukau dengan keindahan dunia, dia akan mengingat akhirat sehingga dunia itu menjadi rendah nilainya bagi dirinya dan tidak terfitnah dengannya.
Dengan demikian fitnah dan cobaan itu bukan hanya dengan kesulitan, kesengsaraan dan sejenisnya saja. Tetapi fitnah itu juga bisa berupa kemakmuran dan kekayaan. Termasuk kemakmuran dan kesenangan itu adalah harta dan anak.” Demikian penjelasan Dr. Sayyid Quthub rahimahullah tentang kandungan ayat ini.
Rasulullah ﷺ telah memperingatkan dalam sejumlah kesempatan tentang berbahayanya fitnah dunia. Di antaranya sebagaimana dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ , beliau bersabda,