وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (QS:An-Nahl | Ayat: 92).
Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, Nabi ﷺ bersabda kepada Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiallahu ‘anhuma,
يَا عَبْدَ اللهِ! لَا تَكُنْ مِثْلَ فُلَانٍ، كَانَ يَقُوْمُ مِنَ الْلَيْلِ، فَتَرَكَ قِيَامَ الْلَيْلِ
“Wahai Abdullah, jangan jadi seperti Fulan. Dulu dia shalat malam, kemudian ia meninggalkan shalat malam.”
Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dengan sanad yang shahih, Nabi ﷺ bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةٌ
“Setiap amal itu ada syirrah-nya…” Syirrah adalah masa semangat dan kesungguhan.
وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ؛ فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِيْ فَقَدِ اهْتَدَى، وَمَنْ كَانَتْ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ
“…Dan setiap kesungguhan ada masa malasnya. Siapa yang masa malasnya tetap berada di atas sunnahku, sungguh dia mendapatkan petunjuk. Siapa yang selain itu, sungguh itulah kebinasaan.”