Kultum Ramadhan 2022, Tema: 2 Nikmat Allah yang Sering Melalaikan, Apa Saja Ya?

- 16 April 2022, 13:37 WIB
Ilustrasi Kultum Ramadhan Tema Nikmat Allah yang Melalaikan, Apa Saja Ya? Yuk Disimak
Ilustrasi Kultum Ramadhan Tema Nikmat Allah yang Melalaikan, Apa Saja Ya? Yuk Disimak /Pixabay / john1cse

JURNAL MEDAN - Simak contoh kultum Ramadhan 2022 dengan tema 2 nikmat Allah yang sering melalaikan dalam artikel ini.

Contoh kultum Ramadhan 2022 kali ini dilansir dari chanel YouTube Zam Chanel.

Diharapkan contoh kultum Ramadhan 2022 ini dapat membantu penceramah dalam menyiapkan materi kuliah tujuh menit atau ceramahnya.

Baca Juga: Kultum Ramadhan 2022, Tema: Waspada Riya dalam Beramal

Tak hanya itu, contoh kultum Ramadhan 2022 ini juga diharapkan dapat meningkatkan ketaqwaan dan keimanan para jamaah kepada Allah SWT.

Langsung saja, inilah dia contoh kultum Ramadhan 2022 tema 2 nikmat Allah yang sering melalaikan tersebut:

Bismillahirrohmanirrohiim. Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, was-sholaatu wassalaamu ‘alaa asyrofil anbiyaa-i wal mursaliin, sayyidina muhammadin, wa’ala alihi wa’ashabihi aj’ma’iin, Amma ba’du.

Hadirin jamaah shalat tarawih dan witir rahimakumullah

Menghitung nikmat yang telah Allah berikan adalah sebuah pekerjaan yang sangat sulit.

Baca Juga: Teks Kultum atau Ceramah Singkat Ramadhan, Tema: Amalan Ketika Nuzulul Quran

Bagaimana tidak, Allah mengatakan bahwa jika seorang hamba ingin menghitung nikmat tersebut, maka tidak akan sanggup menghitungnya.

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. An- Nahl: 18

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitung jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. QS. An- Nahl: 18.

Mayoritas manusia banyak yang tertipu jika Allah berikan nikmat, padahal nikmat yang diberi akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat.

Hadirin jamaah shalat tarawih dan witir rahimakumullah

Di antara sekian banyak nikmat yang telah Allah berikan, ada 2 nikmat yang manusia lalai darinya, terlena darinya.

Nikmat tersebut adalah kesehatan dan waktu luang. Sebagaimana sabda Rasulullah riwayat Bukhari:

“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al Bukhari).

Baca Juga: Kultum Ramadhan 2022, Tema: 3 Amalan Sepuluh Hari Kedua Ramadhan

Mengapa sehat, ashshihhah dan kesempatan, al-faraagh sering membuat manusia terlena? Sebab, watak manusia itu cepat lupa akan kebaikan yang diperolehnya.

Jika dalam kesakitan dan kesulitan, rajin mengiba dan memohon pertolongan kepada Allah SWT.

Namun, setelah lepas dari penderitaan, ia lupa seakan tak pernah meminta.

Firman Allah Taala QS Yunus ayat 12:

وَاِذَا مَسَّ الْاِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْۢبِهٖٓ اَوْ قَاعِدًا اَوْ قَاۤىِٕمًا ۚفَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهٗ مَرَّ كَاَنْ لَّمْ يَدْعُنَآ اِلٰى ضُرٍّ مَّسَّهٗۗ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِيْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

"Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan,". (QS Yunus ayat 12).

Hadirin jamaah shalat tarawih dan witir rahimakumullah

Pertama, kesehatan.

Kesehatan merupakan mahkota yang tidak dapat dirasakan kecuali bagi mereka yang sakit.

Baca Juga: Naskah Kultum Singkat atau Ceramah Ramadhan, Tema: Cara Agar Puasa Menjadi Berkualitas

Dr Husain Haikal dalam kitabnya, Hayatu Muhammad, menjelaskan bahwa Rasulullah selama hayatnya yaitu 63 tahun hanya dua kali mengalami sakit, yakni ketika beliau kembali dari ziarah makam pahlawan di Baqi’, ketika susah tidur dan demam panas beberapa hari sebelum wafatnya.

Lalu timbul pertanyaan, mengapa Nabi Muhammad selalu sehat? Faktor pertama yang menyebabkan Rasulullah senantiasa sehat, beliau senantiasa bangun sebelum subuh.

Sepanjang catatan sejarah hidupnya selama 23 tahun beliau jadi Nabi, hanya satu kali saja beliau tidak bangun waktu subuh.

Hal itu disebabkan mungkin beliau terlalu letih dalam perjalanan dakwahnya dan tidur sesudah larut malam.

Rasulullah senantiasa bangun sebelum waktu subuh, yaitu menjelang fajar mulai menyingsing.

Faktor kedua, beliau selalu menjaga kebersihan.

Sejak kecil Rasulullah menyukai kebersihan meskipun negerinya kekurangan air.

Dan ketika diangkat menjadi rasul, makin besar perhatiannya pada kebersihan.

Hadirin jamaah shalat tarawih dan witir rahimakumullah

Faktor ketiga yang menyebabkan Rasulullah SAW senantiasa sehat adalah karena beliau selalu makan secukupnya.

Dalam mengatur porsi makan, Rasulullah mengajarkan sepertiga
untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk nafas sebagaimana tercantum dalam hadits riwayat Tirmidzi.

Makan memang merupakan salah satu syarat untuk hidup, diperlukan untuk hidup, tetapi manusia hidup bukan untuk makan.

Manusia yang hidup hanya untuk makan maka menurunlah nilainya seperti hewan.

Dengan mengisi perut hingga muncul rasa kenyang yang berlebihan dapat mengakibatkan kemalasan dan banyak tidur sehingga melalaikan ibadah pada Allah.

Hadirin jamaah shalat tarawih dan witir rahimakumullah

Faktor terakhir karena beliau banyak berjalan kaki.

Dalam berdakwah dari satu tempat ke tempat lain, Rasulullah senantiasa berjalan kaki mengingat keadaan saat itu belum ada kendaraan seperti sekarang ini.

Para ahli kesehatan menyatakan bahwa berjalan kaki adalah suatu cara gerak badan yang sangat penting dan menyehatkan.

Dengan jalan kaki, pernapasan lebih teratur, urat-urat akan selalu tergerakkan, paru-paru akan menjadi kuat, dan aliran darah menjadi lancar.

Hadirin jamaah shalat tarawih dan witir rahimakumullah

Nikmat kedua yang sering melalaikan adalah kesempatan, waktu Masa atau waktu adalah modal utama manusia.

Apabila tidak diisi dengan kegiatan, waktu akan berlalu dengan kesia-siaan.

Berapa banyak dari kita disibukkan dengan gadget, dengan media sosial, dengan game yang menghabiskan banyak sekali waktu yang sebenarnya bisa kita gunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.

Belum lagi ketika kita berkecimpung pada hobi yang tidak jarang hanya membawa kesenangan sementara, yang lebih banyak membawa mudhorat.

Waktu merupakan hal yang sangat penting bagi seorang manusia khususnya seorang muslim.

Bahkan secara umum Allah seringkali bersumpah atas nama waktu, walaupun secara khusus ada waktu-waktu tertentu.

Misalnya waktu dhuha, waktu ashar, dan lain sebagainya. Ini menunjukkan bahwa waktu merupakan hal sangat berharga dalam sebuah realitas kehidupan.

Hadirin jamaah shalat tarawih dan witir rahimakumullah

Maka sangat penting bagi kita, untuk mengetahui betapa pentingnya waktu yang sedang kita jalani, karena waktu bagai pisau bermata dua.

Jika kita tidak memanfaatkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka waktu kita akan terhabiskan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan bisa membawa madhorat.

Ketika waktu berlalu begitu saja, jangan kan keuntungan yang diperoleh, modal pun telah hilang. Namun begitu lah kebanyakan manusia.

Setelah tua, baru belajar mengaji dalam kepayahan. Setelah sibuk, baru mau membersamai anak-anak belajar. Setelah fakir, baru bicara sedekah. Setelah sakit, baru ingat Allah dan ketika ajal tiba, baru ingin menjadi orang shalih.

Hadirin jamaah shalat tarawih dan witir rahimakumullah

Kita akan mengerti bahwa setiap orang sering tidak mensyukuri nikmat. Ketika sehat, orang lupa pada sakit. Begitupun kesempatan.

Saat orang memiliki banyak waktu untuk melakukan kebaikan, saat itu pula ia berniat menangguhkannya. Padahal, Allah Taala kapan pun bisa mengambil hidup manusia di dunia.

Maka, kenikmatan berupa kesehatan, kesempatan, dan kenikmatan lain yang sering melenakan manusia harus diwaspadai supaya tidak terjebak pada sikap menyia-nyiakan nikmat.

Maka, marilah selagi masih di bulan Ramadhan, selagi masih berada di bulan penuh rahmat, penuh ampunan dan pembebasan dari neraka ini, kita gunakan kesehatan dan kesempatan ini untuk memperbanyak amal dan kebajikan.

Sebagai bekal di hari kemudian. Semoga Allah Taala selalu membimbing kita, memberikan pertolongan pada kita untuk tetap istiqamah di jalan Nya. Aamiin ya rabbal a’lamin.***

Editor: Ahmad Fiqi Purba


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah