Teks Khutbah Jumat PDF Terbaru 9 September 2022 Bulan Safar, Bentuk Kesempurnaan Keislaman Seseorang

- 7 September 2022, 16:55 WIB
Teks Khutbah Jumat PDF Terbaru 9 September 2022 Bulan Safar, Bentuk Kesempurnaan Keislaman Seseorang
Teks Khutbah Jumat PDF Terbaru 9 September 2022 Bulan Safar, Bentuk Kesempurnaan Keislaman Seseorang /ade kurniawan/jurnalmedan

“Janganlah engkau marah.” (HR. al-Bukhari).

Keempat:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian, sampai ia suka sekali berbuat yang baik kepada saudaranya, sebagaimana dia suka diperlakukan baik pula oleh saudaranya.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim).”

Beliau mengatakan dalam hadits-hadits inilah semua adab kebaikan terangkumkan.

Ibadallah, Makna hadits ini adalah يَعْنِيْ dari kata عَنَى artinya sesuatu yang penting, yang ia perhatikan, dan menyibukkan. Artinya, sesuatu yang tidak penting dan bukan menjadi urusan kita, tidak perlu kita urusi dan sibuk dengannya. Jangan sampai karena ingin dianggap mengetahui banyak hal, lalu kita berbicara tentang sesuatu yang bukan menjadi keahlilan kita. Sesuatuyang tidak pernah kita taruh perhatian dengan mempelajari dan mengkajinya. Sesuatu yang memang bukan hak dan kewajiban kita. Atau bahasa mudahnya sesuatu yang bukan urusan kita.

Dengan demikian, kita tinggalkan sesuatu yang bukan urusan kita seperti hal-hal yang haram, yang makruh, yang syubhat, dan hal-hal mubah yang berlebihan. Jadi, intinya kita menjaga lisan kita dari berbicara. Kita belajar diam sebagaimana kita melatih diri kita untuk pandai berbicara.

Ahnaf bin Qais, tokoh bani Tamim. Beliau adalah seorang tabi’in. Muawiyah bin Abu Sufyan radhiallahu ‘anhuma berkata kepada Ahnaf bin Qais, “Kalau seandainya ia marah, maka akan turut maraha bersamanya ratusan ribu orang tanpa bertanya karena apa Ahnaf marah.” Artinya Si Ahnaf ini seorang yang tenang. Terbiasa menilai suatu permasalahan sesuai dengan kadarnya. Tidak mudah terpancing dengan keadaan. Bersikap tenang dalam kadar yang tertinggi. Sehingga ketika dia marah, orang-orang pun tak perlu bertanya lagi. Lalu ada seseorang bertanya kepada Ahnaf bin Qais, “Bagaimana bisa ia mencapai kedudukan seperti itu di tengah kaumnya?” Ahnaf menjawab, “Aku meninggalkan sesuatu yang tidak penting untuk kucampuri.”

Diriwayatkan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Dujanah radhiallahu ‘anhu, dalam keadaan tenang dan tersenyum saat mengalami sakit menjelang wafat. Tidak kelihatan ketakutan, cemas, dan sempit. Kemudian ada yang bertanya kepadanya tentang hal itu

مَا لِوَجْهِكَ يَتَهَلِّلُ يَرْحَمُكَ اللهُ فَقَالَ: مَا مِنْ عَمَلٍ أَوْثَقُ عِنْدِيْ مِنْ خُصْلَتَيْنِ: كُنْتُ لَا أَتَكَلَّمُ فِيْمَا لَا يَعْنِيْنِيْ وَكَانَ قَلْبِيْ سَلِيْماً لِلْمُسْلِمِيْنَ

Halaman:

Editor: Ade Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah