Referensi Naskah Khutbah Jumat Singkat dan Terbaru 2 Desember 2022, Cara Benar dalam Mengimani Takdir

- 30 November 2022, 15:51 WIB
Referensi Naskah Khutbah Jumat Singkat dan Terbaru 2 Desember 2022, Cara Benar dalam Mengimani Takdir Bagi Seorang Hamba
Referensi Naskah Khutbah Jumat Singkat dan Terbaru 2 Desember 2022, Cara Benar dalam Mengimani Takdir Bagi Seorang Hamba /Pixabay

“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani (nuthfah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah (‘alaqah) selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah) selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan untuk ditetapkan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.”

Dari hadits ini dipahami bahwa setelah 120 hari berada dalam kandungan, seseorang akan ditetapkan keadaan di dunia. Dan bagaimana nasibnya di akhirat. Yang memerintahkan malaikat meniupkan ruh ini adalah Allah Jalla wa Ala. Dalam hadits lainnya disebutkan,

عَنْ عَلِيٍّ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : كُنَّا فِي جَنَازَةٍ فِي بَقِيعِ الْغَرْقَدِ فَأَتَانَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم فَقَعَدَ وَقَعَدْنَا حَوْلَهُ … قَالَ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَد مَا مِنْ نَفْسٍ مَنْفُوسَةٍ إِلاَّ كُتِبَ مَكَانُهَا مِنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَإِلاَّ قَدْ كُتِبَ شَقِيَّةً ، أَوْ سَعِيدَةً فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللهِ أَفَلاَ نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابِنَا وَنَدَعُ الْعَمَلَ فَمَنْ كَانَ مِنَّا مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَسَيَصِيرُ إِلَى عَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنَّا مِنْ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ فَسَيَصِيرُ إِلَى عَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ قَالَ أَمَّا أَهْلُ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُونَ لِعَمَلِ السَّعَادَةِ وَأَمَّا أَهْلُ الشَّقَاوَةِ فَيُيَسَّرُونَ لِعَمَلِ الشَّقَاوَةِ ثُمَّ قَرَأَ {فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى} الآيَةَ.

Diriwayatkan dari ‘Ali Radhiyallahu anhu bahwasanya dia berkata, “Dulu kami sedang mengurus jenazah di (kuburan) Baqi’ al-Gharqad, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dan Beliau duduk dan kami pun duduk semuanya di sekitar Beliau … Beliau berkata, ‘Tidak ada di antara kalian dari jiwa yang ditiupkan (ruh) kecuali dia telah dicatat tempatnya, apakah nanti dia di surga ataukah di neraka dan telah dicatat juga apakah dia sengsara ataukah bahagia.’ Kemudian berkatalah seorang laki-laki, ‘Apakah kami bergantung dengan catatan kami dan kami meninggalkan amalan? Barangsiapa di antara kami termasuk golongan yang bahagia maka dia akan beramal dengan amalan golongan yang bahagia. Dan barangsiapa di antara kami termasuk golongan yang sengsara, maka dia akan beramal dengan amalan golongan orag yang sengsara?’ Beliau berkata, ‘Adapun orang yang berbahagia maka akan dimudahkan untuk beramal dengan amalan golongan yang berbahagia dan orang yang sengsara maka akan dimudahkan untuk beramal dengan amalan golongan yang sengsara.’ Kemudian beliau membaca: ‘Adapun orang yang memberikan dan bertakwa …'(Ayat).”

Dengan demikian, seseorang tidak boleh berpasrah diri kepada takdirnya. Tidak boleh hanya bersandar kepada apa yang telah dicatatkan untuknya. Karena seseorang tidak mengetahui apa yang dicatatkan untuknya. Apakah dia seorang yang dunia ini kaya atau susah. Di akhirat masuk surga atau neraka. Kita tidak tahu. Karena itu berusahalah untuk mendapatkan yang terbaik dalam kehidupan dunia ini maupun di akhirat. Kalau kita berusaha baik, mudah-mudahan Allah mencatatkan hasil yang baik untuk kita.

Sama halnya kalau ada dua jalan yang baik dan buruk. Seseorang ditawarkan satu jalan yang lebar, terang, aman, dan jalannya baik. Kemudian jalan yang lain adalah sempit, gelap, tidak aman, banyak jalan yang rusak. Jalan mana yang akan ditempuh oleh seseorang? Tentu jalan yang pertama. Demikian juga apabila seseorang ingin masuk surga, maka ia harus beramal shaleh, menaati Allah dan menjauhi larangan-Nya, agar sampai di tempat tujuan yaitu surga. Berbeda dengan seseorang yang berzina, mencuri, minum khamr, kemudian dia katakan saya akan masuk surga. Tentu ini aneh.

Dalam hadits riwayat Muslim terdapat sedikit perbedaan.

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ أَسِيدٍ، يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ “‏ يَدْخُلُ الْمَلَكُ عَلَى النُّطْفَةِ بَعْدَ مَا تَسْتَقِرُّ فِي الرَّحِمِ بِأَرْبَعِينَ أَوْ خَمْسَةٍ وَأَرْبَعِينَ لَيْلَةً فَيَقُولُ يَا رَبِّ أَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَيُكْتَبَانِ فَيَقُولُ أَىْ رَبِّ أَذَكَرٌ أَوْ أُنْثَى فَيُكْتَبَانِ وَيُكْتَبُ عَمَلُهُ وَأَثَرُهُ وَأَجَلُهُ وَرِزْقُهُ ثُمَّ تُطْوَى الصُّحُفُ فَلاَ يُزَادُ فِيهَا وَلاَ يُنْقَصُ ‏”‏ ‏.‏

Dari Hudzaifah bin Usaid, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Malaikat datang menuju nutfah setelah nutfah tersebut mantab berada di Rahim selama empat puluh atau empat puluh lima hari. Malaikat itu berkata, ‘Wahai Rab, apakah ia termasuk orang yang celaka (masuk neraka) atau bahagia (masuk surga)’? Kemudian dicatatakan untuk nutfah tadi. Malaikat itu bertanya lagi, ‘Wahai Rab, laki-laki atau perempuan’? Kemudian dicatatkan padanya. Kemudian dicatatkan pula amal perbuatannya, usahanya, ajalnya, dan rezekinya. Kemudian buku takdirnya ditutup. Tidak akan ditambahi dan dikurangi.”

Ibadallah, Dari sini kita bisa memahami ada penetapan takdir saat janin berada di Rahim ibunya. Ada beberapa tahapan takdir yang ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menunjukkan bahwa Allah itu detil sekali dalam mengurusi makhluk-Nya.

Halaman:

Editor: Ade Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x