Khutbah Jumat Ringkas Terbaru 3 Maret 2023. Besarnya Keutamaan Saat Hati Bersih dan Lapang Dada

- 2 Maret 2023, 19:41 WIB
Khutbah Jumat Ringkas Terbaru 3 Maret 2023. Besarnya Keutamaan Saat Hati Bersih dan Lapang Dada
Khutbah Jumat Ringkas Terbaru 3 Maret 2023. Besarnya Keutamaan Saat Hati Bersih dan Lapang Dada /Pixabay

كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – يَحْكِى نَبِيًّا مِنَ الأَنْبِيَاءِ ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ ، وَهْوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ ، وَيَقُولُ « اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِى فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ »
“Seolah-olah aku masih dapat melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau menceritakan seorang nabi dari para nabi, yaitu ketika nabi tersebut dipukul oleh kaumnya hingga menyebabkan keluar darahnya dan nabi itu mengusap darah tersebut dari wajahnya sambil berdoa, “Ya Allah, ampunilah kaumku karena mereka itu tidak mengetahui.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Para sahabat radhiallahu ‘anhum mereka adalah orang-orang yang bersih hatinya setelah para nabi. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,

﴿وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” [Quran Al-Hasyr: 9].

Dalam Perang Uhud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menguji keteguhan para sahabatnya. Beliau motivasi para sahabat untuk berperang. Dan beliau janjikan kemenangan. Beliau ambil pedangnya kemudian bersabda,

«مَن يأخُذُ مِنِّي هذا؟»، فبَسَطُوا أيدِيَهم كلُّ إنسانٍ مِنهم يقولُ: أنا أنا، قال: «فمَن يأخُذُهُ بحقِّه؟»، قال: فأحجَمَ القَومُ، فقال أبو دُجانةُ: أنا آخُذُه بحقِّه، قال: «فأخَذَه ففَلَقَ به هَامَ المُشرِكين»؛
“Siapa yang mau mengambil pedang ini dariku?” Semua para sahabat menjulurkan tangan mereka menyambutnya. Mereka berkata, “Saya. Saya.” Kemudian Rasulullah berkata lagi, “Siapa yang mengambilnya dan menunaikan hak pedang ini?” Orang-orang pun menahan diri. Setelah itu, Abu Dujanah angkat bicara, “Aku yang mengambilnya dengan menunaikan haknya.” Ia mengambilnya dan membuat orang-orang musyrikin kecut. (HR. Muslim).

Ketika Abu Dujanah radhiallahu ‘anhu tengah sakaratul maut, wajahnya berseri. Saat ditanya apa yang membuatnya tersenyum, ia tidak menyebut usahanya dalam mebela Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mengingat sesuatu. Ia berkata, “Tidak ada dari amalanku ini yang kuanggap berat kecuali dua hal. Satu hal di antaranya, aku tak akan menyampaikan sesuatu yang tidak semestinya kusampaikan. Dan satu hal lainnya adalah hatiku tulus dan bersih kepada umat Islam.”

Spirit yang agung dan syiar yang utama bagi para sahabat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bersihnya hati. Karena dengan hati yang bersihlah kelapangan dada muncul. Bukan semata-mata dengan banyaknya ibadah dan beragamnya ketaatan.

Iyas bin Muawiyah menyifati para sahabat nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengatakan, “Orang yang terbaik menurut mereka adalah mereka yang bersih hatinya. Dan paling sedikit membicarakan orang lain.”

Sifat mulia ini tidak hanya dimiliki oleh kalangan laki-laki saja, tapi para sahabat perempuan juga bersifat dengan sifat yang demikian. Ketika terjadi fitnah terhadap rumah tangga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha, Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Zainab (istri beliau yang lain) tentang permasalahanku. Dan Zainab adalah istri nabi yang merupakan “sainganku” dibanding istri-istri yang lain. Rasulullah bertanya, “Hei Zainab, apa yang kau ketahui atau apa pendapatmu (tentang Aisyah)?” Zainab berkata, “Wahai Rasulullah, aku menjaga pendengaranku dan penglihatanku. Yang aku tahu ia adalah wanita yang baik.” (HR. al-Bukhari).

Halaman:

Editor: Ade Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah