Hari Medsos Nasional, Pakar Sebut 170 Juta Pengguna Medsos di Indonesia Minim Edukasi Internet

10 Juni 2021, 17:07 WIB
Hari Medsos Nasional, Pakar Sebut 170 Juta Pengguna Medsos di Indonesia Minim Edukasi Internet. Pratama Persadha mengaku tak heran pengguna Medsos Indonesia disebut tak sopan berdasarkan hasil riset Microsoft tahun 2020. /Dok. Pribadi

JURNAL MEDAN - Pakar keamanan siber Pratama Persadha mengatakan Netizen Indonesia minim edukasi internet yang membuat pengguna media sosial (Medsos) di Tanah Air disebut sebagai Netizen yang paling tak sopan.

Sebanyak 170 Juta Pengguna Medsos di Indonesia selama ini tak pernah mendapatkan literasi tentang etika berinternet hingga literasi keamanan siber di Hari Medsos Nasional yang jatuh hari ini Kamis 10 Juni 2021.

Berdasarkan hasil riset Microsoft tahun lalu Netizen Indonesia termasuk yang paling tidak sopan. Hasil riset tingkat kesopanan pengguna internet sepanjang 2020 menyatakan Indonesia berada di urutan ke-29 dari 32 negara yang disurvei.

Baca Juga: Sembako Pun Kena Pajak, Cak Imin: Jangan Tambah Beban Masyarakat Kecil dengan PPN

Fakta ini menjadi pekerjaan rumah di Hari Medsos Nasional sekaligus menimbulkan kekhawatiran bagi masa depan bangsa Indonesia.

"Mengapa netizen Indonesia termasuk tidak sopan dalam riset Microsoft, salah satunya karena minim edukasi sejak dini baik dari negara, orang tua, sekolah  dan lingkungan sekitar," demikian keterangan Pratama Persadha kepada awak media, Kamis 10 Juni 2010.

Negara, kata dia, bisa mendorong edukasi berinternet yang sehat dan aman lewat kurikulum pendidikan yang sampai sekarang masih belum ada.

Salah satu persoalan dalam edukasi berinternet menurut Pratama adalah para orangtua dan pengambil kebijakan hingga tokoh masyarakat sebagian besar bukan native digital.

Baca Juga: Warganet Ramai Minta Jokowi Hingga Atta Halilintar Bantu Penghafal Al Quran Terancam Mundur di Al Azhar Mesir

"Jadi (mereka) tidak mengenal lebih dalam dunia digital," tegas Pratama yang merubah chairman lembaga riset siber CISSReC (communication & information system security research center) ini.

Menurut Pratama, negara tidak bisa sendiri karena masyarakat, kampus, dan komunitas harus diajak untuk mengedukasi di berbagai lapisan. Ini penting karena pendekatan peningkatan berinternet yang positif dan sehat harus berjalan top down maupun bottom up.

"PR lainnya untuk pemerintah, yaitu harus mendorong lahirnya media sosial lokal sehingga negara tidak tergantung dan tidak mudah ditekan oleh medsos asing. Pemerintah mesti menyiapkan sumber daya guna mewujudkannya. Hal ini penting dalam jangka panjang untuk kepentingan nasional," jelas Pratama.

Selain itu, Pratama berharap pemerintah bisa segera membuat regulasi agar negara membangun media sosial nasional, buatan dalam negeri, dan memang dibuat untuk masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Nurhidayat Haji Haris, Pemain Pertama AHHA PS Pati FC, Klub Milik Atta Halilintar

Dengan begini lebih mudah melakukan pengawasan dan sekaligus menjadi aplikasi subtitusi bagi media sosial populer. Tanpa memiliki aplikasi medsos subtitusi, sulit kiranya bagi negara untuk menarik pajak yang pantas bagi Facebook, Google dan kawan-kawannya.

"Pada kasus Google dan Facebook harusnya mudah menarik pajak oleh pemerintah, karena Facebook Google sudah banyak menarik uang dari masyarakat Indonesia untuk digunakan dalam beriklan diplatform tersebut, walaupun sekarang sudah dikenai pajak," ujarnya.

Sorotan lainnya adalah Indonesia wajib memiliki kemandirian dalam dunia digital. Tujuannya agar data masyarakat Indonesia tetap berada di Indonesia.

Pemerintah juga harus berpihak pada pengembangan produk teknologi lokal seperti janji Presiden Jokowi yang ingin membangun 1.000 startup baru, termasuk membuat startup pada platform medsos dan aplikasi perpesanan.

Baca Juga: Viral BTS Meal, Eksperimen Es Krim Sisca Kohl dapat Cibiran Warganet

"Ini akan memudahkan negara dalam urusan pajak maupun hukum ke depannya," tegas dia.

Sebagai informasi, memasuki tahun 2021 pengguna internet Indonesia tercatat sebanyak 202 juta atau sekitar 73% dari total penduduk. Begitu juga dengan pengguna media sosial di Indonesia berdasarkan data dari We Are Social pada bulan Januari 2021 mencapai 170 juta orang.

Sementara pemakaian aplikasi paling banyak saat ini adalah Youtube dengan jumlah pengguna terbanyak sebesar 93%.

"Pasalnya, karena saat membeli ponsel android sudah otomatis terinstal youtube disusul Instagram 86% dan Facebook 85%. Lalu ada juga aplikasi perpesanan yang paling banyak digunakan yaitu Whatsapp yang masih merajai sebanyak 87%, disusul Facebook messanger dan Line," jelas Pratama. ***

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler