Tak Setuju Isu Presiden Tiga Periode, NasDem Wacanakan Capres Non-Muslim

26 Juni 2021, 15:39 WIB
Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya /Ahmad Fiqi Purba/Dok.Fraksi Nasdem

JURNAL MEDAN - Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya mengeluarkan wacana mendukung Calon Presiden (Capres) Non-Muslim, di tengah masifnya pemberitaan tentang isu tiga periode yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Padahal, Rancangan Undang-Undang Pemilu 2024 hingga saat ini belum dibahas sama sekali oleh pemerintah dan DPR RI, khususnya Komisi II DPR.

Pernyataan anggota DPR RI Fraksi NasDem itu terlontar saat menjadi pembicara di acara Zoom Meeting yang dilakukan oleh Indonesia Presidential Studies.

Willy mengatakan, isu tiga periode yang terus digulirkan merupakan bentuk  wacana politik kekuasaan yang semakin dangkal.

Dia bahkan menantang masyarakat sipil, dan politisi untuk keluar dari jebakan politik elektoral rendahan.

Baca Juga: Lirik dan Chord Gitar Lagu Karo 'Sayang Kel Aku' oleh Narta Siregar

Menurutnya politik punya tugas pendidikan kepada masyarakat yang jauh tertinggal dari tugas politik lain saat ini.

“Pendekatan-pendekatan kuantitatif itu benar-benar sudah menyesatkan. Kita harus keluar dari hal itu. Kalau kita ikuti terus, kualitas demokrasi kita menjadi pertaruhan,” kata Willy dalam Zoom Meeting tersebut di kutip Jurnal Medan, Sabtu 26 Juni 2021.

Wakil Ketua Fraksi NasDem di DPR  ini mengungkapkan soal capres berbasis agama, kesukuan, dan politik populisme sangat perlu direstorasi.

“Di NasDem hal demikian (Capres Non-Muslim) terus kami usung. Sikap politik ilmiah yang idealis ini memang punya konsekuensi dan kami sudah menerimanya. Pak Surya Paloh sebagai teladan pernah berucap, bahwa dia memimpikan ada Woworuntu dari Sulawesi, Siagian dari Sumatera, hitam kukitnya dan keriting rambutnya dari Papua menjadi Presiden Indonesia dan itu benar-benar dia perjuangkan lewat Partai NasDem,” ujar Willy.

Tak sampai disitu, Willy menegaskan, pertarungan politik di Indonesia pasca orde baru sangat jauh dari kata membangun narasi kebangsaan.

Bagi Willy, saat ini politik kebangsaan telah dikerdilkan dengan sibuk menempatkan diri pada kekuasaan.

Baca Juga: Energy Watch Menilai Harga Beli Listrik dari Pengolahan Sampah Terlalu Mahal

“Narasi Kebangsaan dalam politik dan jagat sosial kita makin langka. Masyarakat Sipil, Aktivis, dan partai-partai lain saya tantang, ayo kita sama-sama mengaktifkan kembali politik kebangsaan. Ini tugas bersama, hand-in hand kita lakukan ini,” ungkap Willy.

Lebih lanjut, dia menegaskan politik perlu dikembalikan pada ranah kebangsaan yang non diskriminasi, keluhuran kemanusiaan, yang secara bernas melangkah untuk cita-cita konstitusi.

“Itu kenapa restorasi menjadi penting. Kalau pada satu sisi politik elektoral adalah tesis dan populisme politik adalah antitesisnya maka kita perlu bangun sintesanya, jalan keluarnya. Saya sebenarnya menghindari berteori-teori. Namun fakta yang kita lihat adalah demikian," tutup Willy.***

Editor: Ahmad Fiqi Purba

Tags

Terkini

Terpopuler