JURNAL MEDAN - Indonesian Civilian Police Watch (ICPW) menilai Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo sukses menerapkan visi Presisi dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
Kasus pembunuhan Brigadir J dengan tersangka mantan Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo setidaknya memperlihatkan kinerja Presisi Kapolri.
Ketegasan Listyo Sigit Prabowo menurut Presidium ICPW Bambang Suranto terlihat dari upayanya memutasi 25 polisi yang diduga menghambat penanganan perkara.
Kapolri juga dinilai berani menetapkan Bharada Richard Eliezer (Bharada E), Brigadir Ricky Rizal (Brigadir R), Brigadir Kuat Ma'ruf (Brigadir K) dan Irjen Ferdy Sambo (Irjen FS) sebagai tersangka.
"Langkah yang diambil Polri sudah sangat tepat dalam menentukan sikap agar citra Polri di masyarakat semakin dipercaya. Ini bukti profesionalisme polri," kata Bambang Suranto dalam keterangannya, Kamis, 11 Agustus 2022.
Visi Presisi yang digaungkan Listyo Sigit Prabowo merupakan singkatan dari prediktif, responsibilitas, transparasi, dan berkeadilan membuat pelayanan dari kepolisian lebih terintegrasi, modern, mudah, dan cepat
Menurut Bambang, Kapolri menepati janjinya untuk menegakkan citra Polri Presisi didalam mengungkap kasus Brigadir J.
Masyarakat juga bisa melihat langsung tentang proses hukum yang sedang berjalan, dimana dituntut keberanian dalam mengambil keputusan ini.
"Dengan penetapan Irjen Pol Ferdi Sambo sebagai tersangka dalam kasus Brigadir J, ini sudah sangat tepat. Dan ini merupakan bentuk keberhasilan dan keberanian dari Kapolri," ungkapnya.
Bambang meminta Kapolri tetap menjaga soliditas dan kekompakan di internal Polri atau jangan sampai terjadi perpecahan di institusi Tribrata.
Dengan demikian institusi Polri ke depan jauh lebih baik dan lebih solid di dalam dalam memberikan layanan sekaligus mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Bambang juga mengajak masyarakat menyerahkan sepenuhnya proses penanganan kasus Brigadir J kepada Polri sebagai sumber valid dan sah.
Mengingat banyak sekali beredar informasi di media sosial yang kebenarannya tak diketahui, darimana sumber informasinya tidak jelas, baik terhadap almarhum Brigadir J maupun terhadap keluarga besar Irjen FS.
"Jangan sampai karena kesimpangsiuran informasi malah menyebabkan keluarga almarhum Brigadir J maupun keluarga FS malah menjadi korban disinformasi," pungkasnya.***