4 Hal Mengerikan Jika Kebocoran Data Terus Terjadi di Indonesia

23 Agustus 2022, 17:08 WIB
Ilustrasi kebocoran data, diduga dialami BIN, PLN, dan IndiHome. /Pixabay/jamesmarkosborne

JURNAL MEDAN - Kebocoran data (data breached) yang dialami IndiHome menjadi peringatan besar bagi Indonesia yang kini menjadi salah satu negara dengan pengguna internet terbesar di dunia mencapai 200 juta.

Deretan kebocoran data memiliki dampak mengerikan di Indonesia dan ini terus terjadi mulai dari lembaga negara hingga pelanggan komersial.

Terbaru, kebocoran data pengguna IndiHome yang menyediakan layanan internet terbesar di Indonesia.

Sekali kebocoran data di internet terjadi, maka data bocor dan keluar dari server, sehingga data tersebut dapat dicopy berulang-ulang dan sekalipun penyebab kebocoran data sudah ditambal.

Baca Juga: KPU Tegaskan Verifikasi Administrasi Terhadap Dugaan Keanggotaan dan NIK Ganda Dilakukan Lewat Sipol

Pakar IT Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan data yang sudah bocor tidak bisa dikembalikan lagi ke server dan akan berada di internet selamanya dan bisa diakses banyak orang.

"Jika kebocoran data terjadi yang paling menderita adalah pemilik data, bukan pengelola data atau pihak-pihak yang mengumpulkan data," kata Alfons dalam keterangan kepada Jurnal Medan, Selasa, 23 Agustus 2022.

Pengelola data, kata dia, paling hanya mendapat malu serta dianggap tidak kapabel menjaga amanah data tersebut.

Sementara pemilik data harus menanggung akibat terbesar dari kebocoran data.

Baca Juga: Profil Lengkap Ivan Febrianto, Eks Kiper PSIM Yogyakarta yang Resmi Perkuat PSDS Deli Serdang di Liga 2 2022

Kalau data yang bocor adalah kredensial, kata dia, mitigasi seperti mengganti password atau mengaktifkan Two Factor Authentication (TFA) bisa dilakukan.

Cara ini efektif menangkal efek negatif bagi pemilik data asalkan diumumkan segera dan pemilik kredensial menyadari kebocoran data dan bahayanya.

Namun jika yang bocor adalah data lain seperti data kependudukan, informasi rahasia pribadi atau log akses situs, maka pemilik data kependudukan dan log akses situs tersebut paling menderita.

"Karena data yang bocor tersebut tidak seperti kredensial yang dapat diganti," kata Alfons.

Baca Juga: Cacar Monyet di Indonesia Terdeteksi Pertama Kali di Jakarta, Kenali Gejala dan Pencegahannya

Berikut ini hal-hal mengerikan jika kebocoran data terus terjadi di Indonesia:

1. Digunakan sebagai dasar untuk merancang rekayasa sosial phishing yang menyasar pemilik data.

Penipu memalsukan diri sebagai customer service bank meminta kredensial transaksi untuk mencuri dana nasabah.

2. Data yang bocor digunakan untuk mempermalukan pemilik data.

Contohnya jika ada pengguna internet yang dari data browsingnya memiliki penyakit tertentu yang sifatnya rahasia, kecenderungan seksual yang menyimpang, berkunjung ke situs porno atau hal lain yang sifatnya sangat pribadi dan rahasia.

Baca Juga: Brigadir J Tercatat Jadi Wisudawan Kampus Universitas Terbuka Pamulang, Lulus dengan Predikat Memuaskan

3. Data yang bocor mengandung informasi penting seperti data kependudukan, bisa digunakan untuk membuat KTP bodong dengan blangko KTP membuat KTP palsu dan lalu melakukan tindak kejahatan menggunakan KTP tersebut.

Pemilik data yang bocor ini akan menjadi korban dan berurusan dengan pihak berwajib.

4. Berkaca dari kasus Cambridge Analytica di AS, data yang bocor digunakan untuk profiling korban dan menjadi sasaran iklan atau algoritma untuk merubah pandangan politiknya.

Hal seperti ini terbukti mengakibatkan kekacauan politik seperti yang terjadi di Amerika, Brexit dan Arab Spring.***

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler