Haidar Alwi: Terorisme Tak Sekedar Doktrin dan Radikalisme, Ini Bicara Kekayaan Alam, Geopolitik, Masa Depan

- 10 April 2021, 02:13 WIB
Diskusi publik 'Menangkal Terorisme di Kalangan Anak Muda' yang digelar BEM FH Universitas Islam Jakarta, Jumat 9 April 2021
Diskusi publik 'Menangkal Terorisme di Kalangan Anak Muda' yang digelar BEM FH Universitas Islam Jakarta, Jumat 9 April 2021 /

JURNAL MEDAN - Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI) Haidar Alwi mengatakan orang-orang harus melihat persoalan terorisme tidak sekedar doktrin dan radikalisme namun harus menggunakan kacamata lebih besar sekaligus memandang ke depan.

Terorisme, kata dia, selalu bicara tentang kekayaan alam dan geopolitik serta melibatkan banyak kepentingan ekonomi global.

Menurut Haidar, konflik di Timur Tengah dan perang di kawasan Teluk menggunakan radikalisasi dan terorisme serta isu agama, berujung kepada perebutan kekayaan alam dan peta pertarungan geopolitik di masa depan.

Baca Juga: Ramalan Zodiak 10 April 2021: Asmara Berbunga-bunga di Akhir Pekan, Leo Hadapi Pasanganmu Dengan Sabar

"Indonesia itu jauh lebih kaya dari Timur Tengah dan negara-negara teluk yang sekarang konflik itu," kata Haidar Alwi dalam diskusi Menangkal Terorisme di Kalangan Anak Muda yang digelar BEM FH Universitas Islam Jakarta, Jumat 9 April 2021. 

Ia mencontohkan bagaimana Indonesia diincar dengan kekayaan Nikel sebagai listrik masa depan. Seperti diketahui Presiden Jokowi telah memerintahkan Indonesia menghentikan ekspor nikel ke Eropa.

Nikel, kata dia, adalah listrik masa depan sehingga Eropa marah akibat langkah tersebut. Haidar menyebut salah satu kekayaan dunia di masa depan basisnya adalah nikel.

"Nah, Indonesia adalah pemilik nikel spesifik dunia. Nikel itu bisa jadi power bank dengan kapasitas 25 ribu Watt. Power bank ini bisa digunakan PLN sehingga ini adalah listrik masa depan yang nikelnya dari Indonesia," jelas Haidar.

Baca Juga: IPDN Buka Seleksi Penerimaan Calon Praja 2021, Ini Syarat, Tata Cara Pendaftaran dan Tahapannya

"Itu baru nikel, belum panas bumi dan kekayaan alam lainnya di Indonesia. Ini semua diincar asing. Nah, terorisme ini jadi mainan karena kekayaan minyak negara Teluk itu hanya tinggal 40 tahun lagi. Setelah itu habis," kata mantan ketua Ikatan Alumni ITB tersebut.

Di Sumatera Selatan terdapat potensi batu bara yang bisa menghidupi 84% kebutuhan listrik Indonesia selama ratusan tahun. Menurut Haidar, kalau Indonesia sibuk berkonflik, maka kekayaan itu tidak akan bisa digarap.

Konflik, kata dia, tidak bisa diciptakan secara langsung namun melalui proses panjang. Misalnya memasukkan ajaran-ajaran yang melawan pemerintah dan paling mudah melalui doktrin agama.

"Kalau dulu menjajah secara langsung bisa, tapi sekarang tidak. Meng-copy paste perang di Suriah itu mudah di Indonesia karena Indonesia ini muslim juga. Misalnya di Suriah Bashar al-Assad disebut Syiah sementara Jokowi disebut komunis," ujarnya.

Baca Juga: Catat! Ini Nomor Frekuensi Terbaru Trans7, Trans TV, NET dan ANTV di Satelit Telkom 4

Kemudian di Indonesia juga berkembang isu pemerintah anti-Islam dan kriminalisasi ulama. Jika dibiarkan lama-lama, ini bakal menjadi konflik. Diawali dengan berbagai provokasi terutama anak-anak muda.

"Kalau di Suriah dan daerah konflik itu mudah membawa anak-anak mudanya radikal dan teroris. Mereka gampang terprovokasi. Nah, Indonesia ke depan itu adalah negara kaya. Jangan dirusak oleh isu-isu teror dan radikalisme tadi."

"SDA kita ini harus diolah sehingga kita jangan sibuk konflik. Terorisme itu sebenarnya ciptaan. Masa ada orang bunuh diri, tembak sana-sini. Ini pasti ada doktrin dimainkan yang tujuannya adalah kekayaan alam tadi itu." ***

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x