JURNAL MEDAN - Prof. Drs. H. Lafran Pane adalah tokoh yang berpengaruh di Indonesia yang mendirikan organisasi Islam pertama yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) didirikan pada, 5 Februari 1947 di ruang kuliah STI, Jalan Senopati no 30 Yogyakarta.
HMI didirikan tanpa spanduk, tanpa embel-embel, tanpa undangan, tanpa pengumuman. Hanya Bismillah. Namun pengaruhnya sangat besar bagi kemajuan pemikiran bangsa Indonesia.
Siapa sangka pada saat usia remaja pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pernah menjadi salah satu petinju terbaik yang ada di kota Medan.
Ini berawal dari Lafran Pane kecil yang ditinggal ibunya Gonto Siregar pada saat umur 2 tahun. Lafran Pane tumbuh layaknya anak-anaknya seumurannya.
Lafran kecil tumbuh bersama neneknya di kampungnya Sipirok. Lafran sering memanggilnya nenek Siregar.
Lafran dimasukkan ayahnya ke sekolah mengaji tepatnya di surau yang ada di kampung. Tuan Guru Malim Mahasan adalah guru mengaji Lafran Pane.
Setelah itu Lafran disuruh oleh Sutan Pangarubaan yang merupakan ayahnya sendiri untuk masuk pesantren Muhammadiyah yang ada di Sipirok.
Setelah itu Lafran pindah ke Sibolga bersama ayahnya karena pindah tugas. Kebiasaan Lafran Pane yang suka berantam dengan anak sekolah seusianya membuat Sutan Pangarubaan memindahkan anak bungsunya ini ke Medan.
Lafran Pane dijemput oleh kakak tertuanya Sitiangat, dan Lafran diboyong ke Medan.
Sitiangat memasukkan Lafran Pane ke Taman Siswa, namun Lafran Pane tidak bertahan lama.
Ia merupakan remaja yang mudah bosan pada rutinitas dan sering bolos sekolah. Awalnya kakaknya tidak mengetahui Lafran yang sering bolos, namun pihak sekolah dari Taman Siswa mendatangi kediaman Sitiangatnya.
Kelakuan Lafran yang sering bolos tidak sampai disitu saja, ia bahkan sering tidak pulang kerumah karena bosan dengan segala peraturan yang ada di rumah kakaknya.
Lafran sering tidur di depan toko pinggir jalan bersama anak-anak jalanan lainnya. Membeli makanan dengan berjualan es lilin terlebih dahulu dan menjual karcis bioskop.
Suatu ketika Lafran Pane pernah dihajar preman pasar yang menganggap tempat Lafran dengan teman-temannya adalah lapak mereka. Namun Lafran yang lahir tanpa rasa takut ini melawan, alhasil ia babak belur dihajar para preman.
Namun Lafran terkenal karena dia berani melawan 2 kali lebih besar dari tubuhnya.
Lafran Pane yang suka menonton pertandingan tinju yang ada di pusat kota lantas diajak oleh salah satu pelatih untuk bergabung.
Baca Juga: Flashback Gala Show 3, Abdurrachman Berani Mengumbar Pandangan Manis ke BCL di X Factor Indonesia
Semenjak ia rajin latihan tinju, sejak itu pula Lafran makin jarang masuk sekolah. Ia fokus kepada latihannya guna mendapat uang untuk mencukupi kehidupannya di jalanan.
Terbukti dengan latihan kerasnya, Lafran Pane kian disegani petinju di usianya. Preman yang pernah menimpuknya tidak berani mengganggu kumpulan Lafran dengan teman-temannya.
Lafran Pane hidup dijalanan bukan karena alasan. Ia ingin hidup merdeka, merdeka dari segala jenis peraturan yang ada di rumah Sitiangat kakaknya.
Lafran Pane mencari jati dirinya karena belum pernah merasakan kasih sayang seorang ibu yang menyebabkan masa remaja Lafran begitu keras.***