JURNAL MEDAN - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo mengingatkan masyarakat terhadap bahaya nikah di bawah umur.
Sepeti diketahui pernikahan di bawah umur masih banyak ditemukan di Indonesia, terutama di daerah-daerah.
dr. Hasto Wardoyo mengatakan pernikahan di bawah umur menyebabkan efek berantai yang berbahaya bagi ibu dan anak hingga keluarga.
Baca Juga: Spoiler One Piece 1054 Reddit, Kisah Fokus Sabo ke Marie Joe dan Satu Karakter Penting akan Tewas
Selain menyebabkan risiko kematian ibu akibat melahirkan, nikah di bawah umur bisa memunculkan stunting.
Hasto menuturkan bahwa anak-anak yang belum cukup umur kemudian menikah, sejatinya masih dalam masa pertumbuhan.
Ketika anak-anak tersebut mendapat beban pernikahan kemudian hamil, maka muncul berbagai permasalahan.
"Kontribusi kawin usia muda itu karena mereka itu sebenarnya masih tumbuh kemudian harus menumbuhkan orang lain dalam hal ini anak yang dikandung," ujar Hasto dalam acara KLARIFIKASI bersama Forum Pimred PRMN.
Baca Juga: Cerita Mistis, Kejadian Horor Saat Siang Bolong di Rumah Desty: Siapa Wanita yang Keluar Rumah Tadi?
Ketika seorang anak perempuan dalam usia pertumbuhan kemudian mengandung atau hamil, maka kalsium dan gizi yang seharusnya untuk tumbuh kembang dirinya turut diserap oleh anak dalam kandungan.
Kondisi inilah yang menyebabkan proses penyerapan gizi pada anak yang dikandung menjadi tidak maksimal.
"Stunting itu bisa terjadi pada kawin di usia muda," tegasnya.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir, tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Salah satu penyebab stunting secara garis besar adalah karena proses penyerapan gizi menjadi tidak maksimal selama dalam kandungan.
Hasil penelitian terbaru menunjukkan anak perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih besar selama kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25 tahun.
Sementara yang usia 15-19 tahun kemungkinan meninggalnya dua kali lebih besar.
Selain itu, muncul juga risiko kesakitan dan kematian yang timbul selama proses kehamilan dan persalinan.
Hasil studi lain menunjukkan adanya hubungan antara usia ibu saat melahirkan dengan angka kejadian stunting.
"Makin muda usia ibu saat melahirkan, makin besar kemungkinannya untuk melahirkan anak yang stunting," jelasnya.***