Ada Apa Tanggal 3 November 2022? Akan Terjadi Fenomena Alam Ini, Berikut Penjelasan LAPAN

- 2 November 2022, 07:59 WIB
 Fenomena Alam tengah hari yang datang lebih awal akan terjadi pada 3 November 2022
Fenomena Alam tengah hari yang datang lebih awal akan terjadi pada 3 November 2022 /Pixabay/qimono/

JURNAL MEDAN - Ada apa dengan tanggal 3 November 2022? Sebuah fenomena alam akan terjadi di Indonesia dan beberapa negara. Berikut penjelasan ilmiah dari LAPAN.

Dikutip dari laman resmi LAPAN, pada tanggal 3 November 2022 akan terjadi fenomena tengah hari yang datang lebih awal atau siang yang singkat.

Fenomena ini akan membuat tengah hari akan terasa lebih lambat.

Baca Juga: Spoiler One Piece 1065 dan Raw Scan. Egghead adalah Pulau Kuno Zaman Joy Boy, Seraphim Jinbei vs Sanji

Menurut Peneliti Pusat Riset Antariksa Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Andi Pangerang, fenomena ini terjadi karena nilai perata waktu yang lebih besar sehingga matahari akan berkulminasi lebih awal dibandingkan hari-hari biasanya dalam setahun.

Menurut Andi, perata waktu adalah antara Waktu Matahari Sejati dengan Waktu Matahari Rata-Rata.

Waktu Matahari Sejati adalah waktu yang diukur berdasarkan gerak semu harian Matahari sebenarnya.

Baca Juga: Full Raw Scan Tokyo Revengers Chapter 276 Sub Indo. Berkat Mikey, Takemichi Kembali ke Masa Lampau

Sedangkan, Waktu Matahari Rata-Rata adalah waktu yang diukur berdasarkan gerak semu harian Matahari rata-rata, yakni tepat 24 jam.

Perata waktu ini dipengaruhi oleh dua faktor, yakni deklinasi Matahari dan kelonjongan orbit Bumi.

Deklinasi adalah sudut yang dibentuk antara ekuator langit (proyeksi ekuator Bumi pada bola langit) dengan ekliptika (lintasan edar Bumi mengelilingi Matahari).

Nilai minimum deklinasi saat ini adalah −23,44 derajat, sedangkan nilai maksimumnya adalah +23,44 derajat.

Baca Juga: Download Anime Chainsaw Man Episode 4 Sub Indo, Nonton Streaming Mudah di Idlix dan Samehadaku

Kedua nilai ini didasarkan kemiringan sumbu rotasi Bumi terhadap garis tegak lurus ekliptika sebesar 23,44 derajat.

Kemiringan sumbu rotasi Bumi senantiasa berubah dengan periode 41.000 tahun, yakni 22,1 derajat pada tahun 8700 Sebelum Masehi (SM) dan 24,5 derajat di tahun 11800 Masehi (M) mendatang.

Siklus ini disebut juga Siklus Milankovitch, yakni Orbit Bumi yang lonjong membuat Bumi di satu waktu berada pada titik terdekat dari Matahari, disebut juga perihelion, dan di waktu lain berada pada titik terjauh dari Matahari, disebut juga aphelion.

Baca Juga: Nonton Anime Chainsaw Man Episode 4 Sub Indo. Download Gratis di Otakudesu dan Anoboy? Klik Link Ini

Saat harga mutlak deklinasi Matahari berkurang (Juni-September dan Desember-Maret), Matahari akan berkulminasi lebih lambat.

Sedangkan saat harga mutlak deklinasi Matahari bertambah (September-Desember dan Maret-Juni), Matahari akan berkulminasi lebih cepat.

Saat Bumi menjauhi titik perihelion menuju aphelion (Januari-Juli), Matahari akan berkulminasi lebih lambat.

Sedangkan saat Bumi menjauhi titik aphelion menuju perihelion (Juli-Januari), Matahari akan berkulminasi lebih cepat.

Baca Juga: Nama KSAD Dudung Abdurachman Diusulkan Jadi Kandidat Ketua PSSI, Yang Ngasi Usul Anggota DPR

"Kombinasi dari kedua faktor inilah yang membuat Matahari akan berkulminasi lebih cepat pada September-Desember dengan puncaknya pada 3 November," kata Andi Pangerang.

Nilai perata waktu ketika tengah hari 3 November di Indonesia adalah +16 menit 27 detik.

Untuk menentukan kapan tengah hari dalam waktu lokal, dapat menggunakan rumus berikut:

Tengah Hari = 12 + Zona Waktu – Perata Waktu – Bujur/15

Contoh: Bandung (Bujur = 107°36’)

Tengah Hari = 12.00 + 7.00 – (+00.16.27) – (107°36’/15°) = 11.33.09 WIB

Baca Juga: NasDem Tanggapi Isu PKS Ditawari Menteri di Pemerintahan Jokowi: Narasi Picik Menjegal Capres Anies Baswedan

Secara umum, dampak tengah hari lebih awal akan menyebabkan waktu terbit Matahari, waktu duha (saat ketinggian Matahari mencapai +4,5 derajat atau sepenggalah), maupun waktu subuh sekaligus awal fajar astronomis (akhir malam astronomis) yang lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya, terutama bagi wilayah selatan Indonesia seperti Jawa dan Nusa Tenggara.

Menurut Aandi, hal ii terjadi karena durasi malam hari yang semakin lebih besar jika dibandingkan dengan durasi siang hari untuk belahan utara pada umumnya, ditambah juga dengan tengah hari yang lebih awal, sehingga kedua waktu salat ini menjadi lebih cepat.***

Editor: Irwansyah Panjaitan

Sumber: LAPAN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah