Karakter Unik Gen Z, Tak Mudah Terprovokasi Karena Selalu Verifikasi ke Media Mainstream

- 26 November 2022, 15:54 WIB
Diskusi Media di Media Center KPU RI
Diskusi Media di Media Center KPU RI /

JURNAL MEDAN - Salah satu karakteristik Generasi Z alias Gen Z yang lahir 1995-2010) adalah mengakses informasi lewat media sosial.

Namun karakter unik itu berlanjut karena Gen Z ternyata tidak akan melegitimasi sebuah informasi sebelum muncul di media mainstream.

Hal ini disampaikan Anggota KPU RI, Agus Mellaz saat memberikan tanggapan pada Diskusi Media bertema 'Optimalisasi Media Sosial untuk Meningkatkan Partisipasi Pemilih Millenial' di Media Center KPU, Jumat, 25 November 2022.

Baca Juga: Sinopsis Ishq Mein Marjawan 2 Hari Ini 26 November 2022: Kabir Aryan Menyamar jadi Orang Arab di Depan Vans

"Jadi asumsinya kalau informasi itu berasal dari KPU dan medsosnya KPU, Gen Z akan segera mengakses. Itu pun tidak akan segera diberikan legitimasinya oleh Gen Z, ketika Informasi tersebut belum muncul di media mainstream. Tapi, jika informasinya khas, misalnya, sumber informasinya dari KPU, artinya legitimate, final, maka tidak akan ada dispute (perdebatan)," demikian penjelasan Mellaz.

Gen Z yang mengakses informasi melalui gawai menjadi perhatian serius KPU terkait bagaimana format informasi disampaikan.

Menurut Mellaz, menyampaikan pesan kepada Gen Z tidak bisa menggunakan mindset lama seperti baliho atau media konvensional lainnya, tetapi harus dalam bentuk multimedia.

Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) sekaligus CEO RMOL, Teguh Santosa menyoroti ‘keruwetan’ di media sosial.

Baca Juga: Spoiler One Piece 1068 Reddit: Kebohongan Tentang Im Sama yang Ditutupi WG Selama Ini

Publik dan Gen Z, menurut dia, tidak bisa membedakan mana informasi yang dikerjakan mengikuti kaidah jurnalistik yang tepat, dan mana yang tidak punya ruang redaksi untuk memutuskan judul atau angle.

"Saya sering bilang kawan-kawan di media massa berbasis internet, jangan mengandalkan sound biting atau clickbait. Tapi coba bayangkan akun media sosial," ujarnya.

"Saya punya doktrin untuk kawan-kawan di media kami, saya selalu bilang, tidak juga harus menghindar dari sosial media. Sosial media adalah fakta di media digital yang harus dimaknai. Justru, ruang redaksi media massa harus menjadi clearing house terhadap semua informasi yang beredar di medsos. Media massa berbasis internet, medsos harus saling melengkapi. Karena kualitas demokrasi ditentukan oleh pilihan, one man one vote," jelas Teguh.

Praktisi Medsos dan Communication Spesialist Institut STIAMI Geofakta Razali menilai Gen Z adalah generasi pintar.

Baca Juga: Sinyal Jokowi Dukung Ganjar Pranowo? Sebut Seorang Pemimpin Sampai Berambut Putih Karena Mikirin Rakyat

Menurut dia, ketika ada Informasi yang dianggap hoaks mereka akan melakukan konfirmasi atas informasi tersebut.

Keterlibatan pemilih milenial dalam Pemilu Serentak 2024, menjadi satu kelompok yang baru peduli secara wacana, namun belum bisa ikut berpartisipasi secara aktif dalam dunia politik.

“Masalahnya adalah, ‘they know the important of politic, mereka punya attention terhadap politik. tapi mereka nggak bisa langsung terjun ke politik, karena masih pada tahap attention,” papar Geo.

Meskipun masih dalam tahap attention, hal ini tidak bisa disimpulkan sebagai suatu perilaku pasif dalam berpolitik, karena persepsi mereka ambil dari experience mereka termasuk dari generasi sebelum mereka.

Baca Juga: UPDATE Kode Redeem FF dari Garena Hari Ini, Sabtu 26 November 2022. Dapatkan Gun Skin dan Emote Gratis

Sementara iu, Akademisi dan Praktisi Komunikasi, Universitas Multi Media Nusantara Nona Evita menyoroti fenomena buzzer yang muncul di Pemilu 2019.

Hingga saat ini, kata dia, para buzzer ikut memperlebar persoalan disinformasi dan misinformasi.

"Tapi ada plus poinnya, ada good news-nya juga. Apa good news-nya? Menurut data Reuters, Generasi Z ini social native, bukan hanya digital native. Mereka paham cara memverifikasi informasi-informasi yang salah," ujarnya.

Nona Evita mengakui gap utama kaum milenial untuk turut berpartisipasi aktif dalam proses pemilu adalah media sosial, yang sering berisi informasi tidak kredibel.

Baca Juga: Audiensi dengan FISIP UNPAD, KPU Ajak Mahasiswa Jadi Anggota KPPS di Pemilu 2024 Melalui MBKM

Tetapi Gen Z tidak langsung percaya. mereka akan memverifikasinya ke media mainstream

Media sosial yang paling rawan memunculkan disinformasi ataupun misinformasi karena sifatnya satu arah adalah pesan singkat di telepon pintar.

"Di instant messaging apps seperti di WhatsApp itu justru lebih rawan informasi-informasi sumbang," pungkas Nona.***

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah