"Informasi sejenis yang kurang pantas dan berbahaya juga bisa dengan mudah didapatkan dari platform media sosial lain," ujarnya.
Kasus ini sebenarnya membuka mata masyarakat Indonesia, khususnya golongan millenial sekarang yang banyak tidak sabaran dan ingin semuanya SERBA INSTAN tanpa usaha.
"Tanpa kerja keras dan usaha bertahun-tahun bisa kaya, tanpa belajar dan latihan keras bisa pintar," ujarnya.
Ia mencontohkan kasus Dewa Kipas dengan GM Irene, dimana sampai hari ini masih ada saja yang percaya kalau ada orang yang bisa jadi GM Catur tanpa latihan dan usaha yang luar biasa keras, teratur, dan terukur.
Baca Juga: Kemenkeu AS dan Israel Berkolaborasi Melawan Ransomware: SDM Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk
Padahal untuk memiliki kemampuan sekelas Grand Master (GM) harus memiliki IQ yang tinggi dibarengi dengan latihan keras dan konsisten.
"Jadi modal IQ tinggi saja tanpa latihan keras saja tidak cukup untuk menjadi Grand Master," ujarnya.
Dalam menghadapi terpaan media sosial masyarakat juga perlu mendapatkan informasi yang benar bahwa perdagangan organ adalah tindakan melanggar hukum dan melanggar HAM.
Di China pernah ada kasus remaja yang menjual ginjalnya demi mendapatkan iPhone kemudian harus menghabiskan hidupnya seumur hidup di rumah sakit.
Baca Juga: Gedung Putih Undang 32 Negara Bahas Ransomware, Indonesia Tak Diundang, Padahal Penduduk 270 Juta