Menurut Hidayat, pidato yang merupakan arah kebijakan luar negeri Indonesia itu mestinya ditaati dan dirujuk oleh pejabat-pejabat lainnya, seperti Ketua Umum PSSI dan Menteri Pemuda dan Olahraga dengan membatalkan kehadiran Israel pada Piala Dunia U-20 di Indonesia.
"Seharusnya Kemenpora dan PSSI dapat meniru Pemerintah Qatar dalam penyelenggaraan Piala Dunia 2022, yang tetap tegas menjaga nilai-nilai yang diyakini oleh bangsanya, seperti pelarangan kampanye LGBT dan pelarangan minuman beralkohol di dalam stadion," tutur Hidayat.
"Dan ternyata sikap itu bisa diterima oleh Presiden FIFA, bisa dilaksanakan, dan tidak membuat pemerintah Qatar jadi seperti mempermalukan diri sebagaimana digambarkan oleh pihak-pihak yang mendukung kehadiran kesebelasan penjajah Israel. Nama Qatar malah menjadi harum. Itu contoh dari negara 'kecil' yang memenangi 'biding' sebagai tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia yang malah dinilai sebagai yang paling sukses pada abad 21 ini. Qatar bisa dan berani bersikap mempertahankan yang diyakini oleh konstitusinya. Kemenpora (Pemerintah) dan PSSI seharusnya bisa bersikap seperti itu," beber Hidayat.
Hidayat memandang Kemenpora dan PSSI seharusnya bisa bernegosiasi dengan FIFA. Sebab, FIFA pun melarang timnas Rusia tampil di Piala Dunia 2022, dikarenakan invasi yang dilakukan negaranya terhadap Ukraina.
Hidayat menambahkan penolakan terhadap Rusia tidak hanya ditunjukkan FIFA, di ajang tenis, atlet Rusia dilarang menampilkan bendera dan asal negaranya.
"Korban-korban yang jatuh akibat penjajahan Israel sejak 1948 juga jumlahnya jauh lebih banyak dibanding dengan korban akibat invasi Rusia sejak setahun yang lalu. Momentum Piala Dunia U-20 ini seharusnya digunakan pemerintah dan PSSI atas nama sportivitas, kemanusiaan dan keadilan serta konsistensi pada konstitusi sebagaimana dicontohkan Presiden Soekarno, untuk menekan Israel agar menghentikan penjajahannya atas Palestina dan mengakui Palestina merdeka dengan ibukota Yerusalem (timur)," ungkap Hidayat.
"(Penolakan itu) juga untuk mengoreksi FIFA agar berlaku adil dan tidak berlaku standar ganda, melarang kesebelasan Rusia tapi membolehkan kesebelasan Israel negeri penjajah yang bahkan juga tidak peduli dengan sportivitas olahraga, terbukti dengan ditembak matinya beberapa pesepakbola Palestina, seperti yang terakhir bintang sepakbola Palestina Ahmed Daraghbah, yang ditembak mati oleh penjajah Israel pada Desember 2022," ujar Hidayat.***