BackdoorDiplomacy, Pencuri Data dan Informasi Sensitif yang Beroperasi di Kemenlu, Korporasi, hingga Telko

- 17 Juni 2021, 03:06 WIB
ESET menemukan sebuah backdoor yang menargetkan Kementerian Luar Negeri dari Asia dan Afrika hingga perusahaan telekomunikasi
ESET menemukan sebuah backdoor yang menargetkan Kementerian Luar Negeri dari Asia dan Afrika hingga perusahaan telekomunikasi /ESET

JURNAL MEDAN - Penelitian terbaru ESET menemukan sebuah backdoor yang menargetkan Kementerian Luar Negeri dari Asia dan Afrika hingga perusahaan telekomunikasi. Backdoor ini disebut sebagai BackdoorDiplomacy.

Ancaman grup Advanced Persistent Threat (APT) baru ini memilih target serangannya dengan teliti dan hati-hati.

Misalnya Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) yang merupakan bagian dari jaringan pemerintah dan perusahaan telekomunikasi, pusat lalu lalangnya data sehingga APT ini mengincar bukan target sembarang pilih.

Baca Juga: Kebocoran Data Terus Terjadi, Indonesia Dibayangi Kejahatan SIM Swap

Korban BackdoorDiplomacy ditemukan di Kemenlu beberapa negara Afrika, serta di Eropa, Timur Tengah, dan Asia. Target tambahan termasuk perusahaan telekomunikasi di Afrika dan setidaknya satu badan amal Timur Tengah.

"BackdoorDiplomacy berbagi taktik, teknik, dan prosedur dengan kelompok lain yang berbasis di Asia," kata Head of Threat Research ESET, Jean-Ian Boutin.

Operator BackdoorDiplomacy menggunakan Taktik, Teknik, dan Prosedur (TTP) serupa, tetapi memodifikasi alat (tools) yang digunakan, bahkan dalam wilayah geografis yang dekat, kemungkinan untuk membuat pelacakan grup lebih sulit.

BackdoorDiplomacy merupakan grup lintas platform yang menargetkan sistem Windows dan Linux. Grup ini menargetkan server dengan port yang terpapar internet, kemungkinan mengeksploitasi keamanan unggah file yang tidak diamankan dengan baik atau kerentanan yang belum ditambal (patch).

Sebagian korban ditargetkan dengan executable pengumpulan data yang dirancang untuk mencari media yang dapat dipindahkan (kemungkinan besar USB flash drive).

Implan secara rutin memindai drive tersebut, setelah mendeteksi penyisipan media yang dapat dipindahkan, ia kemudian mencoba menyalin semua file di dalamnya ke arsip yang dilindungi kata sandi.

Baca Juga: Fitur-fitur Aruba Access Point 630 Series, Solusi Wi-Fi 6E Kelas-Enterprise yang Baru Meluncur ke Pasaran

BackdoorDiplomacy mampu mencuri informasi sistem korban, mengambil screenshot, dan menulis, memindahkan, atau menghapus file.

Dengan menjadikan jaringan pemerintah dan perusahaan besar sebagai target, maka konsekuensi dari penyusupan dan pencurian data ini tentu saja akan sangat pelik karena mencakup:

• Pencurian kekayaan intelektual misalnya, rahasia dagang atau paten

• Informasi sensitif yang disusupi seperti data pribadi karyawan dan pengguna

• Sabotase infrastruktur organisasi penting seperti penghapusan basis data

Dampak dari serangan APT tidak akan pernah sederhana, imbasnya bisa dirasakan dalam jangka waktu yang panjang, karena rahasia negara selalu berkaitan dengan politik, ekonomi, sosial dan militer.

"Para pelaku biasanya adalah tim penjahat siber berpengalaman yang memiliki dukungan finansial yang besar," kata Yudhi Kukuh, IT Security Consultant PT Prosperita Mitra Indonesia.

Serangan APT berbeda dari ancaman aplikasi web tradisional, karena secara signifikan lebih kompleks, mereka tidak hit and run saat menjalankan serangan, setelah jaringan disusupi, pelaku tetap tinggal untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin.

Dan biasanya dieksekusi secara manual (tidak otomatis) terhadap tanda tertentu dan diluncurkan tanpa pandang bulu terhadap sejumlah besar target. Selain itu, mereka sering bertujuan untuk menyusup ke seluruh jaringan, bukan hanya satu bagian tertentu.

Baca Juga: Diskominfo Jabar Adopsi Layanan Cloud AWS Kembangkan Aplikasi Layanan Masyarakat

Infiltrasi semacam ini akan terus berlanjut, pencurian informasi berharga dan rahasia negara tidak akan berhenti. Yang harus dilakukan saat ini adalah bagaimana terus menguatkan dan merapatkan sistem keamanan agar tidak dapat ditembus, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan:

1. Memantau lalu lintas masuk dan keluar dianggap sebagai praktik terbaik untuk mencegah pemasangan backdoor dan memblokir ekstraksi data yang dicuri.

2. Mengontrol domain yang dapat diakses dari jaringan, serta aplikasi yang dapat diinstal oleh pengguna. Ini adalah metode lain yang berguna untuk mengurangi tingkat keberhasilan serangan APT dengan meminimalkan permukaan serangan

3. Menambal perangkat lunak jaringan dan kerentanan OS secepat mungkin.

4. Enkripsi koneksi jarak jauh untuk mencegah penyusup mendukung mereka untuk menyusup ke situs Anda.

5. Memfilter email masuk untuk mencegah serangan spam dan phising yang menargetkan jaringan Anda. ***

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah