Petani Sawit Rugi, APPKSI Desak Jokowi Hapus Pungutan Ekspor CPO, DMO, dan DPO

- 7 Juli 2022, 17:14 WIB
Ilustrasi petani sawit di Provinsi Riau
Ilustrasi petani sawit di Provinsi Riau /mediacenter.riau.go.id/

"Minyak kelapa sawit negara ini menyumbang sekitar 60% dari produksi minyak global, dan komoditas ekspor utama ini menghasilkan pendapatan negara sebesar USD20 miliar pada tahun 2020," jelas Arief.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), kata Arief, menilai produksi lokal minyak sawit mentah (CPO) telah berkurang tahun-ke-tahun dari 2020 hingga 2021. Bahkan ketika permintaan global terus meningkat.

Hal ini memastikan kenaikan harga CPO global, yang positif bagi posisi transaksi berjalan Indonesia dan eksportir komoditas.

Kenaikan harga CPO saat ini disebabkan banyaknya hambatan yang dihadapi industri antara lain pandemi Covid-19, kekurangan tenaga kerja, musim hujan, banjir.

Baca Juga: Gede Pasek Sebut Hanya Duren Sawit yang Pernah Kalahkan Cikeas: Moeldoko Tak Mungkin?

"Ini semua merupakan tantangan bagi pekebun kecil dan produsen korporat," jelasnya.

Musim hujan juga menyebabkan perkebunan menghadapi gulma yang ditumbuhi rumput liar sehingga butuh lebih banyak tenaga kerja dan bahan kimia untuk menjaga tanaman.

Selain itu, pohon kelapa sawit tumbuh lebih tinggi dari tahun ke tahun, yang akan membatasi produksi TBS.

Pekebun perlu memanfaatkan harga CPO yang tinggi saat ini untuk mengumpulkan dana untuk sanitasi lokasi dan kegiatan penanaman kembali di masa depan.

Baca Juga: Bikin Pangling! Ria Ricis Terpesona Lihat Jeje TikTok Pakai Hijab Hingga Menyanyikan Lagu Sholawatan

Halaman:

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x