Petani Sawit Rugi, APPKSI Desak Jokowi Hapus Pungutan Ekspor CPO, DMO, dan DPO

- 7 Juli 2022, 17:14 WIB
Ilustrasi petani sawit di Provinsi Riau
Ilustrasi petani sawit di Provinsi Riau /mediacenter.riau.go.id/

"Malaysia yang memasok 25% dari produksi global, tidak mampu mengisi celah yang tersisa dari larangan ekspor Indonesia; karena negara itu masih menghadapi kekurangan tenaga kerja yang parah akibat pembatasan pandemi."

Kemudian Rusia dan Ukraina menyumbang 80% dari pasar minyak bunga matahari global, yang sudah merupakan penurunan mendadak dalam pasokan minyak nabati global karena perang yang sedang berlangsung.

Menurut Arief, larangan ekspor Indonesia adalah untuk mengurangi kenaikan harga pangan lokal dan untuk memadamkan kerusuhan lokal.

Namun, strategi jangka pendek bisa membawa lebih banyak kerugian daripada kebaikan dalam skala yang lebih besar.

Baca Juga: Ria Ricis Bungkus Jeje TikTok Pakai Hijab, Sampai Dibikin Nyanyi Sholawat Nabi Muhammad SAW

Dalam jangka panjang, menurut Arief, produsen Indonesia tidak akan mampu lagi menjalankan bisnis perkebunan secara berkelanjutan.

Petani sawit juga tidak mampu membeli pupuk dengan biaya lebih tinggi, dan produksi akan turun lebih jauh dalam waktu 6 bulan.

"Langkah ini dapat menyebabkan kematian pekebun kecil dan produsen perusahaan. Para produsen ini berkontribusi dalam hal pajak dan kesempatan kerja, selain memastikan pasokan CPO ke pasar tetap," katanya.

Selanjutnya, produksi pangan sangat tinggi. Padat energi- dari pupuk hingga transportasi sehingga harga energi akan meningkat secara bersamaan dan seluruh dunia akan menderita akibat larangan ekspor Indonesia.

Baca Juga: Profil Lengkap MSAT alias Mas Bechi Viral Karena Kasus Pencabulan, Simak Selengkapnya!

Halaman:

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x