Kisah Para Sahabat Dalam Meraih Surga (8): Abu Dzar al-Ghifari, Dari Perampok Menjadi Sahabat Nabi

- 28 April 2021, 17:17 WIB
Ilustrasi para sahabat Rasulallah
Ilustrasi para sahabat Rasulallah /Tim Jurnal Medan 2

Abu Dzar memeluk Islam setelah empat orang memeluk Islam. Artinya, dia orang yang kelima. Sehingga ia pun menempati kedudukan yang tinggi di tengah para sahabat. Di masa keislamannya, Nabi mempersaudarakannya dengan al-Mundzir bin Amr. Seorang sahabat yang berasal dari Bani Sa’adah. Al-Mundzir adalah seseorang pemberani yang mengejar mati syahid.

Pengaruh Nabi Pada Diri Abu Dzar

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki pengaruh yang kuat bagi para sahabatnya. Termasuk Abu Dzar radhiallahu ‘anhu. Abu Dzar termasuk orang yang lama bersahabat dengan nabi. Sehingga banyak hal yang ia teladani dari manusia paling utama itu. Dari Hatib, Abu Dzar berkata, “Tidak ada sesuatu pun yang ditinggalkan Rasulullah yang dimasukkan Jibril dan Mikail ke dada beliau, kecuali juga beliau masukkan di dadaku.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Wahai Abu Dzar, maukah engkau ku-ajarkan beberapa kalimat yang dengannya engkau bisa menyusul orang yang telah mendahuluimu dan orang yang di belakangmu tidak dapat mengejarmu kecuali mereka mengerjakan apa yang kau kerjakan”? Abu Dzar menjawab, “Tentu, Rasulullah.”

Baca Juga: Tips Mengelola THR dengan Bijak dan Cerdas. Ingat! Sekarang Masa Pandemi

Beliau bersabda, “Engkau bertakbir tiga puluh tiga kali setiap selesai shalat. Bertahmid tiga puluh tiga kali. Bertasbih tiga puluh tiga kali. Dan tutup dengan ucapan LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAU LAA SYARIIKALAHU, LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR (tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, milik-Nya seluruh kerajaan, dan bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Mampu melakukan segala sesuatu) niscaya dosa-dosanya akan diampuni walaupun sebanyak buih lautan.” (Sunan Abu Daud, No: 1286).

Zuhud dan Sederhana

Ada seseorang berkata pada Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, “Apakah engkau tidak tertarik menguasai suatu wilayah seperti Thalhah dan az-Zubair”? Ia menjawab, “Apa yang akan kulakukan dengan menjabat pemimpin? Cukup bagiku setiap hari dengan tegukan air, nabidz (air kurma), atau susu. Dan setiap pekannya satu takaran gandum.”

Abu Dzar berkata, “Di zaman Rasulullah, makananku hanyalah satu sha’ kurma. Dan aku tidak tertarik menambahnya hingga aku bertemu dengan Allah (wafat).”
Rasulullah memuji Abu Dzar,

ما تُقِلُّ الغبراءُ ولا تظلُّ الخضراءُ من ذي لهجةٍ أصدَقَ ولا أوفى من أبي ذَرٍّ شبيهِ عيسى ابنِ مريمَ فقامَ عمرُ بنُ الخطَّابِ فقالَ يا رسولَ اللَّهِ فنعرِفُ ذلكَ لهُ قالَ نعم فاعرِفوهُ لَهُ

Halaman:

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah