Kisah Abu Nailah al-Anshari, Si Jago Panah Saat Mengeksekusi Penghina Rasulullah

- 24 Mei 2021, 17:42 WIB
ilustrasi pemanah
ilustrasi pemanah /Tim Jurnal Medan 2

Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu Hibban menyebutkan bahwa Abu Nailah adalah veteran Perang Badar (Ibnu Hibban: Ats-Tsiqat, 3/187). Ia adalah seorang ahli panah di tengah-tengah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (Ibnu Abdil Bar: al-Isti’ab, 4/1765).

Karena kepercayaan Rasulullah shallallahu pada dirinya, ia dilibatkan dalam operasi penumpasan Ka’ab al-Asyraf al-Yahudi. Padahal keduanya adalah saudara sepersusuan.

Kisah Operasi Penumpasan Ka’ab al-Asyraf

Penumpasan Ka’ab al-Asyraf terjadi pada 24 Rabiul Awal, 25 bulan setelah Nabi hijrah ke Madinah. Ia adalah seorang provokator. Penyulut kebencian dan peperangan. Ia menyerang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat dengan syairnya.

Menggelorakan semangat orang-orang untuk berperang menghadapi Nabi. Saat kaum muslimin pulang ke Madinah dengan membawa kemenangan dari Badar, ia berkata, “(kalau tetap tinggal di sini) Sekarang, bagian bawah bumi lebih baik dari bagian atasnya.”

Baca Juga: Isu Rekrutmen Penyelenggara Pemilu Menjelang Pemilu 2024 Jadi Perhatian Bawaslu

Lalu Ka’ab berangkat ke Mekah. Ia tangisi kematian pembesar Quraisy. Kemudian dengan syairnya, ia memotivasi mereka untuk membalas. Setelah itu ia kembali ke Madinah. Rasulullah berdoa, “Ya Allah, balaslah Ibnu al-Asyraf dengan cara yang kau kehendaki. Karena dia telah nyata-nyata menebar keburukan dengan hasutan dan syairnya (Ibnu Saad: ath-Thabaqat al-Kubra, 2/32).

Al-Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau mengatasi Kaab al-Asyraf? Dia telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya”?

Lalu Muhammad bin Maslamah berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang Anda maksud adalah membunuhnya”? Beliau menjawab, “Iya.” “Kalau begitu, izinkan aku untuk menyampaikan satu hal”, sambung Muhammad bin Maslamah. Rasulullah mengatakan, “Silahkan.”

Kemudian Muhammad bin Maslamah menemui Kaab al-Asyraf untuk mengecohnya. Ia berkata, “Laki-laki itu (Nabi Muhammad) meminta kami upeti dan dia sangat memberatkan kami. Kedatanganku ini dalam rangka memohon padamu.” Kaab menjawab, “Rupanya kau telah bosan dengannya.”

Halaman:

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah