Kisah Abu Nailah al-Anshari, Si Jago Panah Saat Mengeksekusi Penghina Rasulullah

- 24 Mei 2021, 17:42 WIB
ilustrasi pemanah
ilustrasi pemanah /Tim Jurnal Medan 2

JURNAL MEDAN – Mungkin tidak banyak yang mengenal Abu Nailah al-Anshari radhiallahu ‘anhu. Dia salah seorang sahabat yang turut serta di Perang Badar. Di Perng Uhud, ia tetap teguh bersama Nabi di saat sebagian orang kocar-kacir. Ia pun turut serta operasi penumpasan tokoh Yahudi yang jahat, Kaab al-Asyraf.

Abu Nailah al-Anshari namanya adalah Silkan bin Salamah bin Waqsy bin Zughbah bin Za’wara bin Abdul Asyhal al-Anshari al-Ausi al-Asyhali. Ia adalah saudara dari Salmah bin Salamah bin Waqsy. Ada juga yang mengatakan nama Abu Nailah adalah Saad. Sedangkan Silkan adalah laqobnya.

Yang jelas, ia lebih dikenal dengan kun-yahnya ini yaitu Abu Nailah. Kun-yahnya ini disebut dalam Shahih al-Bukhari ketika membahas kisah operasi pembunuhan Ka’ab al-Asyraf (Ibnu Hajar: al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, 7/409).

Baca Juga: Bismillahirrahmanirrahim, Anindya Bakrie Resmi Mendaftarkan Diri Sebagai Calon Ketua Umum Kadin

Abu Nailah radhiallahu ‘anhu di kalangan para sahabat dikenal salah seorang jago panah di kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mengedepankan Allah dan Rasul-Nya dari persaudaraan: Ka’ab al-Asyraf seorang tokoh Yahudi yang jahat adalah saudara sesusuan Abu Nailah. Kedudukan yang dekat. Keduanya memiliki hubungan mahram. Artinya, kerabat yang memiliki kedudukan khusus. Namun demikian, ia tetap turut serta dalam operasi penumpasan tokoh kerusakan ini. Ia lebih mengedepankan Allah dan Rasul-Nya daripada hubungan mahram.

Pembela Rasulullah: Saat Perang Uhud, kaum muslimin mengalami kekacauan. Kabar tentang terbunuhnya Rasulullah tersebar. Duka pun merundungi dada para sahabat. Akal mereka tak lagi berjalan normal karena sedih luar biasa.

Sebagian dari mereka termenung. Sebagian lagi pulang, tak lagi terlibat dalam perang. Dalam kondisi kalut tersebut, Abu Nailah tetap tegar bersama Rasulullah. Melindungi beliau di saat genting. Di saat beliau terpojok. Dan menjadi target utama musuh.

Baca Juga: Putri Kusuma Wardani Digadang-gadang Jadi The Next Susi Susanti

Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu Hibban menyebutkan bahwa Abu Nailah adalah veteran Perang Badar (Ibnu Hibban: Ats-Tsiqat, 3/187). Ia adalah seorang ahli panah di tengah-tengah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (Ibnu Abdil Bar: al-Isti’ab, 4/1765).

Karena kepercayaan Rasulullah shallallahu pada dirinya, ia dilibatkan dalam operasi penumpasan Ka’ab al-Asyraf al-Yahudi. Padahal keduanya adalah saudara sepersusuan.

Kisah Operasi Penumpasan Ka’ab al-Asyraf

Penumpasan Ka’ab al-Asyraf terjadi pada 24 Rabiul Awal, 25 bulan setelah Nabi hijrah ke Madinah. Ia adalah seorang provokator. Penyulut kebencian dan peperangan. Ia menyerang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat dengan syairnya.

Menggelorakan semangat orang-orang untuk berperang menghadapi Nabi. Saat kaum muslimin pulang ke Madinah dengan membawa kemenangan dari Badar, ia berkata, “(kalau tetap tinggal di sini) Sekarang, bagian bawah bumi lebih baik dari bagian atasnya.”

Baca Juga: Isu Rekrutmen Penyelenggara Pemilu Menjelang Pemilu 2024 Jadi Perhatian Bawaslu

Lalu Ka’ab berangkat ke Mekah. Ia tangisi kematian pembesar Quraisy. Kemudian dengan syairnya, ia memotivasi mereka untuk membalas. Setelah itu ia kembali ke Madinah. Rasulullah berdoa, “Ya Allah, balaslah Ibnu al-Asyraf dengan cara yang kau kehendaki. Karena dia telah nyata-nyata menebar keburukan dengan hasutan dan syairnya (Ibnu Saad: ath-Thabaqat al-Kubra, 2/32).

Al-Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau mengatasi Kaab al-Asyraf? Dia telah menyakiti Allah dan Rasul-Nya”?

Lalu Muhammad bin Maslamah berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang Anda maksud adalah membunuhnya”? Beliau menjawab, “Iya.” “Kalau begitu, izinkan aku untuk menyampaikan satu hal”, sambung Muhammad bin Maslamah. Rasulullah mengatakan, “Silahkan.”

Kemudian Muhammad bin Maslamah menemui Kaab al-Asyraf untuk mengecohnya. Ia berkata, “Laki-laki itu (Nabi Muhammad) meminta kami upeti dan dia sangat memberatkan kami. Kedatanganku ini dalam rangka memohon padamu.” Kaab menjawab, “Rupanya kau telah bosan dengannya.”

Baca Juga: Keutamaan Surat Al Kafirun: Ditakuti Bangsa Iblis, Memperkokoh Tauhid, hingga Mengajarkan Toleransi

Muhammad bin Maslamah berkata, “Sungguh kami telah mengikutinya dan kami tidak ingin meninggalkannya sampai kami melihat sampai dimana urusannya nanti. Kami meminta padamu untuk memberi pinjaman satu atau dua wasaq.” Kaab mengatakan, “Baiklah. Tapi kau harus memberi jaminan padaku.”

Rombongan Muhammad bin Maslamah berkata, “Apa yang kau inginkan”? “Serahkan istri-istri kalian padaku sebagai jaminan”, kata Kaab. “Bagaimana bisa kami serahkan istri-istri kami jaminan padamu, sementara engkau orang Arab yang paling tampan,” jawab mereka.

“Kalau begitu, Serahkanlah anak-anak kalian kepadaku,” sahut Ka’ab.

Mereka menjawab, “Bagaimana mungkin kami menyerahkan anak-anak kami sebagai jaminan. Mereka akan mencela karena digadaikan dengan satu atau dua wasaq. Ini adalah aib bagi kami. Kami akan menyerahkan senjata saja kepadamu sebagai barang jaminan.”

Baca Juga: BMKG Minta Masyarakat Sumbar, Sulut dan Maluku Hati-Hati Akan Gempa, Berikut Cara Antisipasinya

Rombongan Muhammad bin Maslamah pun berjanji akan menemui Kaab lagi.

Setelah itu, mereka datang lagi di malam hari bersama Abu Nailah yang merupakan saudara sepersusuan Kaab. Kaab mengajak mereka memasuki benteng dan tinggal bersamanya di sana.

Istri Kaab berkata pada suaminya, “Mau kemana engkau di larut malam seperti ini”? Kaab berusaha menenangkan istrinya, “Jangan khawatir, ini Muhammad bin Maslamah dan ini saudaraku, Abu Nailah.”

Istrinya berkata, “Aku mendengar (berfirasat) suara seperti suara tetesan darah.” Kaab kembali berusaha menenangkan istrinya, “Tenang, ini Muhammad bin Maslamah. Dan ini saudara sepersusuanku, Abu Nailah. Orang yang mulia apabila diundang di malam hari, pasti ia penuhi.”

Baca Juga: Viral Poster Ganjar Pranowo Singgung Puan Maharani, Pengamat Politik: Kubu Puan Panik

Lalu Muhammad bin Maslamah menyusupkan dua orang lainnya ke dalam benteng. Abu Nailah berkata, “Kalau dia datang, aku akan menyambutna dengan membelai rambutnya dan menciumnya. Kalau kalian lihat aku telah menenangkan kepalanya. Kuserahkan pada kalian dan habisilah dia. Setelah itu temui Nabi dan kabarkan pada beliau.” [HR. al-Bukhari, Kitab al-Maghazi, Bab Qatlu Kaab bin al-Asyraf, 3811].***

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah