Shalat Lima Waktu, Pesan Terpenting yang Diterima Nabi Muhammad dalam Peristiwa Isra Mi'raj

- 21 Februari 2022, 17:45 WIB
Shalat Lima Waktu, Pesan Terpenting yang Diterima Nabi Muhammad dalam Peristiwa Isra Mi'raj
Shalat Lima Waktu, Pesan Terpenting yang Diterima Nabi Muhammad dalam Peristiwa Isra Mi'raj /pixabay / chidioc-1734570/

JURNAL MEDAN - Peristiwa Isra Mi'raj yang dialami Nabi Muhammad SAW memiliki arti amat besar bagi pembinaan kepribadian manusia yakni pesan terpenting, shalat lima waktu.

Dalam peristiwa Isra’ Mi'raj tersebut Nabi Muhammad menerima perintah shalat lima waktu dalam sehari yang wajib dilakukan semua umat muslim.

Dosen Filsafat dan Sosiologi Agama dan Wakil Rektor Bidang Akademik UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof. Dr. H.M. Zainuddin, MA, dalam sebuah tulisannya menyatakan shalat adalah inti dari peristiwa besar Isra Mi'raj.

Baca Juga: SANGAT DIBENCI ALLAH SWT! Jangan Lakukan ini Ketika Terjadi Konflik Rumah Tangga. Ini Dalilnya

"Karena shalat merupakan tiang agama dan dasar dari pembangunan kepribadian manusia," tulis Prof. Zainuddin dilansir situs UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Shalat dalam pengertian lebih luas memiliki arti zikir dan senantiasa mengingat Allah dalam segala tindakannya.

Dengan menegakkan shalat (tiang agama), manusia diharapkan tidak pernah memiliki kesempatan untuk melakukan kejahatan dan segala macam tindakan keji lainnya.

Allah SWT melalui firman-Nya sebagai berikut:

"Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar." - (QS. Al-‘Ankabut:35).

Baca Juga: Ustaz Abdul Somad: Anak Sekarang Isi Kepalanya Hancur dan Rusak, Lupa Shalat dan Alquran Gara-gara Ini

Prof. Zainuddin menjelaskan bahwa inti dari peristiwa Isra Mi'raj diterjemahkan menjadi tradisi wajib yang senantiasa dikerjakan oleh setiap muslim.

Pertanyannya kemudian, shalat yang bagaimanakah yang mampu mencegah perilaku keji dan munkar itu?

Kenapa sudah banyak orang yang melaksanakan shalat tetapi justru kejahatan makin menjadi-jadi?

Prof. Zainuddin kemudian menjelaskan bahwa jauh sebelum zaman manusia sekarang ini, Nabi sudah memperingatkan kepada umatnya.

Baca Juga: Contoh Pidato Singkat Tema Kunci Sukses Ramadhan, Cocok Disampaikan Mengisi Kultum Puasa

Bahwa suatu saat nanti akan datang kepada umat manusia, di mana banyak orang yang melaksanakan shalat, tetapi (hakikatnya) mereka tidak shalat.

Pernyataan nabi itu kemudian terbukti, di mana banyak tempat peribadatan dibangun, tetapi aktivitas dan isinya minim.

Tibalah saatnya generasi penerus (generasi yang miskin) yang menyia-nyiakan shalat dan mereka terbawa oleh nafsunya, inilah saatnya mereka akan menemui kesulitan dan krisis multi dimensi.

Demikianlah kondisi yang digambarkan oleh Nabi yang dialami oleh orang-orang munafik.

Baca Juga: RESMI! Gala Live Show 6 X Factor Indonesia Season Hari Ini Gagal Tayang, Warganet Takut Ariel Tidak Jadi Juri

Ini pula yang dimaksud Alquran surat Al-Ma'un, yaitu banyak orang yang melakukan shalat, tetapi yang diperoleh hanyalah kesengsaraan (digambarkan dengan siksa neraka Wel), karena mereka melalaikan shalat dan hanya ingin dilihat dan dipuji orang.

Menurut Prof. Zainuddin, ada tiga kategori manusia yang digolongkan sebagai “manusia yang melalaikan shalat” itu:

1. Pertama, lalai waktu.

Mereka ini suka mengulur-ulur waktu shalat, sudah waktunya shalat, tetapi masih ditunda-tunda untuk melaksanakannya, mereka tidak disiplin dan tidak tepat waktu.

Itulah sebabnya ketika Nabi ditanya salah seorang sahabatnya mengenai amal yang afdhal, beliau menjawab “shalat yang tepat waktu”.

Baca Juga: AWAS! Jangan Klik Tiga Link Hoaks dan Tipu-tipu Tentang Pos Indonesia yang Menawarkan Hadiah Rp2000.000

2. Kedua, lalai tidak mengingat Allah dalam shalatnya.

Artinya selama dalam shalat, hanya lisannya saja mengucapkan bacaan-bacaan shalat, tetapi hatinya keluar dari konteks shalat, pikirannya tertuju pada urusan duniawi.

"Bahkan mereka tidak menghayati gerakan yang ada dalam shalat itu. (tidak thuma’ninah)," ujar Prof. Zainuddin.

3. Ketiga, orang yang shalat, tetapi di luar shalat, mereka tidak shalat.

Artinya, ada orang-orang yang shalat, mungkin thuma’ninah dan tepat waktu, tetapi di luar tindakan shalat formal itu mereka tetap melakukan kejahatan.

Contoh simpelnya, seusai shalat berjamaah di masjid, misalnya, mereka masih mau mengambil sandal atau sepatu orang lain.

Baca Juga: Inilah 7 Nogo Dino Kalender Jawa, Hari Baik Mencari Rezeki Menurut Primbon Jawa

Jika pada contoh yang lebih luas, mereka masih mau korupsi, manipulasi dan eksploitasi.

Jadi mereka memisahkan antara shalat sebagai ibadah dengan urusan kehidupan dunia sehari-hari.

"Inilah sesungguhnya yang disebut dengan “orang sekuler” atau sahun dalam bahasa Qur’an-nya."

Shalat memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan orang mukmin. Nabi pernah menyatakan "shalat itu sama dengan mi’raj-nya orang-orang mukmin".

Baca Juga: Leo Consul TMTM Mengaku Mudah Mencintai Cewek Indonesia karena Dua Alasan Ini, Syarat Ketiga Tentu Cantik

Seperti halnya bagi orang yang tidak mampu pergi haji ke Mekah, maka shalat jum’ah bagi mereka dianggap sama nilainya dengan pergi haji ke Mekah.

Itulah kemurahan Allah SWT yang diberikan kepada hamba-Nya. ***

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x