Bagaimana Melihat Manuver Politik Airlangga Bertemu Surya Paloh? Ini Kata Pengamat

2 Maret 2021, 09:37 WIB
Silaturahmi akhir pekan keluarga (Golkar-Nasdem), Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bersama dengan Ketua Umum Partai Nasdem bapak Surya Paloh, Jakarta, Minggu, 14 Februari 2021. /Instagram.com/@golkar.indonesia /

JURNAL MEDAN - Pengamat politik Indopolling Network Wempy Hadir memprediksi tiga poros sementara muncul untuk peta politik 2024.

Hal ini diungkapkan Wempy usai pertemuan antara Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto dengan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh pertengahan Februari lalu.

"Secara elektoral, Golkar dan Nasdem mempunyai kekuatan 25, 4 persen kursi DPR RI. Jika PKS juga akan ikut bergabung, maka secara elektoral poros ini mempunyai 34, 1 persen kursi DPR RI," kata Wempy dalam keterangannya, Selasa, 2 Maret 2021.

Baca Juga: Bantuan Kuota Data Internet Kemendikbud Berlanjut, Ada Perbedaan. Ini Rinciannya!

Poros kedua adalah kemesraan hubungan antara Gerindra dan PDIP. Poros ini, kata Wempy, merupakan poros yang mempunyai kekuatan paling signifikan. Apalagi kedua partai ini merupakan rulling party.

Poros ini juga mempunyai sumber daya kekuasaan yang sangat berpengaruh untuk memenangkan pilpres 2024. Bisa-bisa PKB juga akan bergabung dengan poros ini.

"Secara elektoral perolehan kursi DPR RI untuk poros ini adalah 45,92 persen. Angka ini sudah sangat layak untuk mengusung capres dan cawapres pada pilpres 2024 nanti," ujarnya.

Poros ketiga adalah poros Demokrat yang mungkin saja akan menggandeng PAN dan PPP. Poros ini bisa mengusung capres dengan cawapres karena secara elektoral memiliki perolehan kursi DPR RI sekitar 20,34 persen.

Baca Juga: Cara Dapat Token Listrik Gratis PLN Maret 2021, Bisa Lewat Website PLN dan WhatsApp

Meski demikian, Wempy tetap mengingatkan pilpres masih jauh sehingga pertemuan Nasdem dan Golkar hanyalah manuver politik semata untuk menaikan posisi tawar dalam koalisi yang ada hari ini.

Apalagi kedua partai tersebut merupakan mitra koalisi pemerintah saat ini.

"Jadi menurut saya rencana koalisi yang dibangun masih sangat rapuh ditengah partai masih membutuhkan posisi kekuasaan dalam kabinet Jokowi-Maruf Amin," ujarnya.

Selain itu, pembahasan RUU Pemilu yang menjadi salah satu faktor penentu harus diperhitungkan. Awalnya, Nasdem dan Golkar getol mendorong revisi, tapi dalam perjalanan, kemudian ada komunikasi dengan Presiden Jokowi, semuanya berbalik arah.

Baca Juga: Dari Telegram, Twitter, Hingga ke Situs Pornografi, Keuntungan Video Syur Mirip Gabriella Larasati Rp75 Juta

"Bisa saja pembahasan konvensi dan koalisi Nasdem-Golkar bubar di tengah jalan jika tidak kuat menghadapi dampak politis dari koalisi yang dibangun terlalu dini tersebut. Bisa saja Jokowi akan merapihkan kembali kabinetnya dan membuang partai-partai yang tidak sejalan lagi menuju 2024," kata Wempy. ***

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler