AMAN: Aksi Bom Bunuh Diri Makassar, Hati-hati Provokasi Jelang Paskah dan Bulan Suci Ramadhan

28 Maret 2021, 19:30 WIB
Koordinator Pusat Aliansi Mahasiswa dan Aktivis Nasional (AMAN) Ginka Febriyanti /

JURNAL MEDAN - Koordinator Pusat Aliansi Mahasiswa dan Aktivis Nasional (AMAN) Ginka Febriyanti menilai aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada Minggu 28 Maret 2021 merupakan upaya kelompok teroris untuk memprovokasi masyarakat.

Masyarakat, kata dia, harus tetap tenang dalam merespon aksi terorisme sebagaimana imbauan Pemerintah dan tokoh agama hingga seruan para tokoh nasional untuk mengusut tuntas aksi teror tersebut.

Menurut Ginka, bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar bisa saja merupakan provokasi bagi umat beragama. Seperti diketahui umat Kristiani akan merayakan Paskah pada 4 April sementara umat muslim menjalani bulan suci Ramadhan 12 April.

Baca Juga: Analis UI: Teroris Terdesak, Ngamuk, Dendam, Sekaligus Ingin Eksis Lewat Bom Bunuh Diri di Makassar

Baca Juga: Ekspresi Netizen Terhadap Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar: Jangan Ada Perpecahan Di Antara Kita

"Aksi terorisme ini membuktikan gerakan radikalisme itu memang benar-benar ada, kali ini memprovokasi masyarakat menjelang Paskah bagi umat Kristiani dan bulan suci Ramadhan buat umat muslim," kata Ginka dalam keterangannya, Minggu 28 Maret 2021.

Selain itu, AMAN juga menyinggung soal agama dan umat beragama yang mudah dimainkan untuk menyulut perpecahan bangsa.

Agama juga sangat sensitif karena bisa digunakan untuk mencapai berbagai tujuan politik, kehidupan, pergaulan, hingga kepentingan ekonomi. Jangan sampai kerukunan antar umat beragama rusak atau muncul konflik horizontal.

"Kami turut mengecam pelaku bom di Makassar namun masyarakat jangan sampai terprovokasi karena memang itulah tujuan para teroris," ujarnya.

Baca Juga: HMI Sumut Kutuk Keras Bom Bunuh Diri Depan Gereja Katedral Makassar

Baca Juga: Mahfud MD: Aparat Sedang Lakukan Pendalaman Terhadap Jaringan Pelaku Bom Gereja Katedral Makassar

Peristiwa pengeboman, kata Ginka, semakin mengajarkan masyarakat bahwa tidak ada agama yang membenarkan kekerasan.

"Yang ada adalah kesalahpahaman dalam memahami ajaran agama sehingga menjadi radikal dan berbuat melawan nilai-nilai agama," jelasnya. ***

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler