Ketua Pusat Studi Kajian Terorisme SKSG UI Apresiasi Kinerja 100 Hari Kapolri

9 Mei 2021, 20:49 WIB
Ketua Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) Muhammad Syauqillah /

JURNAL MEDAN - Ketua Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI) Muhammad Syauqillah mengapresiasi kinerja Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam 100 hari kerja sejak dilantik Presiden Jokowi 27 Januari 2021.

"Misalnya dari kasus bom Makassar (28 Maret) Kapolri gerak cepat dengan menangkap 40 sampai 50 orang," kata Muhammad Syauqillah kepada wartawan, Minggu 9 Mei 2021.

Setelah penangkapan tersebut, pekerjaan rumah (PR) melawan teror Kepolisian berlanjut dengan langkah preventif. Terutama mencegah aksi Lone Wolf seperti yang dilakukan pelaku teror Zakiah Aini ketika menyerang Mabes Polri pada Rabu 31 Maret 2021. 

Baca Juga: Kode Redeem ML Terbaru 10 Mei 2021, Segera Tukarkan! Dapatkan Hadiah Gratis dari Moonton

"Serangan teror yang sifatnya Lone Wolf ini yang perlu diantisipasi ke depan oleh Kapolri," ujarnya.

Sejumlah pelaku teror banyak yang terpapar dari media sosial. Fakta ini menjadi tugas berat Polri untuk mengantisipasinya.

"Bagaimana cyber Polri mengantisipasi, misalnya dari kasus Zakiah itu 12 jam sebelum dia Lonewolf kan sudah posting di medsos. Nah, ini yang harus dideteksi Polri," jelasnya. 

Cyber Polri juga harus bekerja keras karena pekerjaan mendeteksi pelaku Lone Wolf di ranah dunia Maya tidak mudah.

Baca Juga: Menteri Investasi Bikin Masterplan KIT Lebak, Banten Disiapkan Sebagai Pusat Pengembangan Ekonomi Baru

File seperti foto, konten, postingan, ujaran kebencian, simbol ISIS dan lain-lain bisa dilakukan deteksi, profiling, dan memantau jejak digital. Kemudian melacak IP Address, akunnya apa, emailnya apa, nomor teleponnya, hingga jaringan internet darimana.

"Termasuk beli air gun melalui marketplace seperti yang dilakukan Zakiah. Ini artinya ketika orang mengunggah postingan video atau konten, maka secara otomatis akun-akun itu segera diprofiling Cyber Polri. Ini tugas berat," ujarnya.

Jaringan teroris juga ada yang dikategorikan non-digital. Contohnya penangkapan terhadap 40-50 orang yang dilakukan pasca Bom Makassar.

"Harapan kita agar teman-teman Polri ke depan harus bisa mencegah aksi teror. Sesuai mandat UU terorisme bahwa legitimasi yang kuat untuk melakukan pencegahan. Jadi kita enggak lagi takut aksi terorisme meresahkan umat beragama," pungkasnya.

Baca Juga: 6 Fakta Menarik Tentang Ratu Rizky Nabila, Salah Satunya Sedang Tempuh Studi Master ***

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler