Bahaya Hoaks Terkait Vaksinasi di Masa Pandemi, Ini Kata Ketua IDI Dokter Adib Khumaidi

28 Agustus 2021, 22:42 WIB
Bahaya Hoaks Terkait Vaksinasi di Masa Pandemi, Ini Kata Ketua IDI Dokter Adib Khumaidi /Portal Bandung Timur/siswanti

JURNAL MEDAN - Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Adib Khumaidi Sp.OT mengingatkan bahaya hoaks dan disinformasi atau yang selama pandemi disebut Infodemi.

IDI, kata Adib, terus berupaya mengajak seluruh anggotanya dan masyarakat untuk bersama-sama melawan Infodemi.

Sementara para dokter, tenaga kesehatan, dan masyarakat luas terus diajak mempercepat vaksinasi sebagai salah satu cara mengakhiri pandemi Covid-19.

Baca Juga: 22 Link Dowload Twibbon Hari Polwan ke 73, 1 September 2021

"Salah satu program utama PB IDI adalah pemberantasan disinformasi terkait Covid-19 dan vaksinasi," kata dr. Adib dalam webinar "Perkembangan Terkini Vaksin Covid-19 di Indonesia," yang digelar Kementerian Kominfo, PB IDI, dan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Sabtu 28 Agustus 2021.

Selain disinformasi, pengalaman beberapa bulan lalu menyatakan tetap diperlukan persiapan menghadapi lonjakan kasus yang terjadi secara tiba-tiba.

Hal itu dapat diantisipasi dengan menyiapkan tempat isolasi terpusat dan sistem isolasi terpantau.

Penerapan protokol kesehatan dengan ketat juga sangat krusial. Kemudian distribusi vaksinasi yang merata ke seluruh penjuru daerah turut menjadi kunci.

Baca Juga: Grand Final MasterChef Indonesia Season 8, Warganet: Terasa Hambar dan Sunyi Tanpa Lord Adi

"Tempat vaksinasi juga harus didekatkan dengan masyarakat," ujar Adib yang mengingatkan bahaya disinformasi dalam semua proses tersebut.

Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid mengatakan, vaksin terus didatangkan dan dikirim ke seluruh Indonesia.

Untuk pengirimannya, memang ada sejumlah pertimbangan teknis dalam proses distribusi.

"Bukan berarti distribusi tidak sampai ke berbagai penjuru Indonesia. Upaya itu perlu diimbangi dengan terus mengajak masyarakat agar mau divaksinasi," kata dr. Nadia.

Baca Juga: Abu Janda Dinilai Bela Muhammad Kace, Christ Wamea: Manusia yang Dipenuhi Roh Jahat Ini kok Bela Penista Agama

Salah satu hal yang menjadi pertimbangan adalah cara penyimpanan vaksin jenis tertentu dalam proses distribusinya.

Sebagian vaksin yang dipesan, seperti Pfizer dan Moderna, harus disimpan dalam suhu beku ekstrem. Jika tidak, vaksin akan rusak dan berkurang kualitas dan khasiatnya.

Terkait dengan khasiat vaksin, semua vaksin Covid-19 yang dipakai di Indonesia telah diuji kualitas dan khasiatnya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).

Ketua Komnas KIPI Prof. Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan memang ada laporan tentang dampak setelah vaksinasi.

Baca Juga: Terpopuler: Minta Bantuan Hotman Paris Hingga Hotma Sitompul, Yusuf Manubulu: Kami Bersama Muhammad Kace

"Data di Komnas KIPI menunjukkan, sebagian atau 60 persen laporan tersebut hanya dipicu dari kecemasan," ujar Prof Hinky.

Vaksinasi juga bukan hal baru di Indonesia dan pengetahuan soal itu terus berkembang. Contohnya, di masa lalu dianjurkan menyediakan penurun demam sebelum vaksinasi.

Belakangan, anjuran direvisi menjadi hanya jika ada gejala.

"Jadi, kalau tidak ada gejala, sebaiknya jangan diberi pereda," kata Prof. Hindra.

Baca Juga: 10 Fakta Muhammad Kace, Dari Kasus Penistaan Agama Hingga Raup Keuntungan Rp535 Juta

Ketua Tim Advokasi Vaksinasi Covid-19 PB ID Prof. Iris Rengganis mengatakan beberapa jenis vaksin harus diulang secara berkala karena mutasi virus terus berlangsung.

Akibatnya, diperlukan vaksin baru yang lebih manjur. Hal itu antara lain terjadi pada influenza. Dalam proses ini kerap muncul hoaks dan disinformasi.

"Saat ini, seluruh vaksin yang beredar telah diuji keamanannya. Karena itu, tidak perlu menunggu merek tertentu sehingga menunda vaksinasi," ujarnya. ***

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler