JURNAL MEDAN - Akun YouTube POLITIK NUSANTARA mengabarkan Presiden Jokowi ingin bertemu secara langsung dengan Presiden ke-6 RI yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Melalui sebuah konten yaang diunggah pada Rabu 20 Agustus 2021, akun POLITIK NUSANTARA memberikan judul, "Berita Terkini ~ Mohon2 Ketemu JOKOWI,Tak Disangka Ternyata Ada Kepentingan Ini ! Nah Ketahuan Kan !".
Narasi awal di dalam video tersebut menampilkan SBY yang menyatakan ada pihak di sekeliling Jokowi yang melarang dirinya bertemu presiden.
"Saya diberi tahu, konon katanya, beliau (Jokowi) ingin bertemu dengan saya, tapi dilarang oleh dua atau tiga orang di sekitar beliau untuk bertemu saya," kata SBY dalam potongan video tersebut.
Narasi di video tersebut dilanjutkan dengan pernyataan Johan Budi, mantan staf khusus Presiden Jokowi, yang menyatakan hubungan Jokowi dan SBY sebenarnya baik-baik saja.
Johan Budi meminta pihak-pihak yang menghalang-halangi pertemuan SBY dan Jokowi disebut saja.
"Presiden tidak bisa memutuskan tidak bertemu (dengan seseorang) kemudian ada yang menghalang-halangi. Saya kira itu salah informasi," kata Johan Budi.
Narasi selanjutnya menampilkan Sekretaris Kabinet Indonesia Pramono Anung yang juga menjawab isu pertemuan Jokowi dan SBY.
"Ya kalau semuanya yang berkeinginan bertemu dengan presiden pasti bisa... Kan Presiden Jokowi pasti membaca, mendengar, hal-hal tersebut yang akan segera kami laporkan kepada beliau," ujar Pramono Anung.
Selanjutnya muncul mantan Wakil Presiden Jokowi, Jusuf Kalla, yang mengatakan Presiden Jokowi pasti menerima SBY jika ingin bertemu.
"Presiden Jokowi pasti menerima lah kalau ingin bertemu.. ya setidak-tidaknya setelah tanggal 15," ujar Jusuf Kalla.
Baca Juga: 5 Aktor Ganteng India yang Mendapatkan Julukan 'Hottest Bodies of Bollywood'
Cek Fakta dan Penelusuran
Redaksi Jurnal Medan mencoba melakukan penelusuran terkait kabar video yang diposting akun YouTube POLITIK NUSANTARA.
Apakah benar Jokowi ingin bertemu SBY namun dilarang orang-orang di sekelilingnya?
1. Komentar SBY yang ada di video tersebut diucapkan pada 1 Februari 2017 dalam sebuah konferensi pers di Jakarta. Konteksnya sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini.
2. Komentar yang diucapkan Johan Budi, Pramono Anung, hingga Jusuf Kalla di dalam video juga tidak relevan dengan kondisi saat ini. Dengan demikian, ada kemungkinan upaya membelokkan arah informasi.
Baca Juga: Kisah Percintaan 3 Selebriti Bollywood Ini Berakhir Ditengah Karir Dipucuk Kesuksesan, Siapa Saja?
3. Foto dan narasi yang digunakan pada thumbnail video merupakan hasil editan atau suntingan. Ada upaya untuk merangkaikan suatu kisah atau cerita yang tidak berhubungan.
4. Video tersebut dapat digolongkan sebagai fabricated content. Narasi maupun konten di dalamnya tidak dapat dipertanggungjawabkan validitas dan relevansinya.
5. Masyarakat diharapkan berhati-hati terhadap konten-konten yang tidak bertanggung jawab apalagi dengan upaya merangkaikan satu peristiwa dengan lainnya. ***