Habib Syakur menganggap, semua santri layak untuk dididik dan dilatih oleh TNI Polri. Namun, harus dipahami bahwa tidak mungkin TNI-Polri merekrut semua santri.
Karena itu, menurut Habib Syakur, ada skala prioritas yang khusus, dalam hal ini TNI Polri harus mengadakan pemantauan langsung siapa-siapa yang bisa ikut pendidikan untuk Perwira, Bintara, atau Tamtama.
Tentunya dengan koordinasi dan kemitraan strategis pesantren serta instansi terkait yang menaungi santri.
Selain itu, kelebihan para santri menurut Habib Syakur adalah hampir semua bisa dikatakan Hafizul Quran. Hal ini tentu mempunyai makna tersendiri.
Nantinya, diharapkan saat mengenyam pendidikan TNI-Polri baik Bintara, Perwira atau Tamtama, para santri ini bisa membuat aura positif dengan Hafizul Qurannya, menanamkan makna Alquran dalam pendidikannya.
"Itulah sejatinya yang diharapkan, saling menerangi, saling diterangi kalbunnya," kata Habib Syakur dalam dialog bertajuk 'TNI Siap Rekrut dari Kalangan Santri' tersebut, Minggu, 12 Desember 2021.
Yang harus diwaspadai pemerintah adalah berkembangnya ajaran-ajaran radikalisme dan intoleran. Karenanya, santri yang menjadi personil TNI dan Polri mampu mengikis itu semua, dengan tetap menjaga nama baik pesantren-pesantren.
"TNI-Polri merekrut santri itu saya memaknai positif sekali. Demi mengikis fitnah yang ditujukan terhadap pesantren. Pesantren telah difitnah bahwa pesantren ini adalah sarang radikalisme, padahal tidak semua pesantren demikian," tukasnya. ***