Salah satunya potensi serangan dan ancaman cyber hingga propaganda di media sosial yang sebenarnya juga dihadapi negara-negara, khususnya penganut demokrasi di dunia.
"Cyber attack di tahun politik 2023-2024. Ada beberapa jenis serangan seperti Hack, Crack kemudian Leak (kebocoran data) termasuk ketidakamanannya, Amplify (penyebarluasan info) dan Malware/Ransomware dll," kata Stepi Anriani dalam keterangan pers, Sabtu, 22 Oktober 2022.
Kemudian ancaman propaganda di media sosial seperti hoaks, berita palsu atau fake news, dan ujaran kebencian.
Ancaman propaganda jika terus dibiarkan dapat merambat kepada kampanye hitam (black campaign) dan terjadi polarisasi di masyarakat sehingga berkembang kepada konflik sosial.
Stepi juga melihat potensi dan ancaman selama tahapan dan proses Pemilu seperti tumpang tindih aturan/regulasi, persoalan teknis, beban kerja penyelenggara.
"Masalah hak pilih, penyebaran logistik sampai politik uang," ujarnya.
Selanjutnya potensi ancaman terkait ideologi yang berbahaya seperti radikalisme, terorisme dan separatisme.
"Konfik akibat gerakan separatis di Papua, misalnya, perlu dibuatkan pengelompokan agar memudahkan mitigasi resiko," kata Stepi Anriani.