"Di masa kejayaannya, PSMS Medan pernah mencatatkan diri sebagai salah satu klub terbesar di Indonesia, dan terus merajai berbagai turnamen nasional," ujarnya.
Perjalanan PSMS juga mengalami pasang surut selama 72 tahun berkiprah di sepakbola nasional.
Pasang surut itu membuat PSMS semakin matang sehingga tidak selamanya 'roda' berada di bawah. Ada saatnya roda berada di atas.
PSMS, kata Edy, harus menghadapi tantangan dan rintangan ke depan agar bisa kembali ke masa kejayaan, pernah dijuluki The Killer pada periode 1953-1967.
"Tentunya, banyak pasang surut yang harus kita hadapi sebagai tantangan untuk mengembalikan PSMS Medan pada masa kejayaannya dulu," kata Edy Rahmayadi.
Terakhir, Edy berpesan kepada seluruh keluarga besar PSMS Medan untuk tetap menjaga semangat berjuang.
Dia juga meminta PSMS optimistis demi mewujudkan mimpi bersama untuk kembali ke masa-masa kejayaannya, khususnya promosi ke Liga 1.
Dia meyakini, melalui kerja keras dan ikhtiar dari kita semua pihak, PSMS Medan akan kembali bangkit dan berjaya.
"Dirgahayu PSMS Medan ke 72 tahun!" ***