JURNAL MEDAN - Pakar keamanan siber Vaksincom Alfons Tanujaya mengingatkan publik bahwa dalam sebuah insiden kebocoran data, kerugian terbesar dialami oleh pemilik data, bukan pengelola data tersebut.
Alfons kemudian menceritakan kisah kebocoran data yang menimpa McDonald's yang terjadi di bulan Juni 2021. Dalam insiden tersebut peretas berhasil mencuri data dari sistemnya di pasar Amerika, Korea Selatan dan Taiwan.
Setelah insiden terjadi, pihak McDonald's segera meminta bantuan konsultan eksternal yang kompeten dan terpercaya untuk melakukan investigasi guna mengidentifikasi penyebab kebocoran dan mencegah hal yang sama terjadi lagi.
"Apakah yang dilakukan oleh McDonald’s sudah cukup? Tidak," tegas Alfons dalam keterangan yang diterima Jurnal Medan, Jumat, 7 Januari 2022.
Dalam hal ini Alfons menyoroti sikap dan tanggung jawab McDonald's yang kemudian mengumumkan data apa saja yang bocor. Apakah data tersebut terkait karyawan, franchisee dan email pelanggannya.
Tak sampai di situ, McDonald's kemudian menghubungi pemilik data supaya berhati-hati dengan email phishing yang mungkin dilakukan dengan data yang bocor tersebut.
Sebagai bentuk tanggung jawabnya, McDonald's juga menghubungi pihak regulator di negara terkait dan memberikan informasi kebocoran data ini.
Baca Juga: Tekan Polusi Udara, Kelurahan Tamansari Jakarta Barat Gelar Uji Emisi Kenderaan Roda Dua