Melebur 24 ribu aplikasi menjadi satu tidak segampang yang dibayangkan. Ardi Sutedja mengingatkan bahwa Super Apps tidak seperti bikin nasi goreng.
"Ada nasi dibikin lalu jadi. Bukan begitu Super Apps," tegasnya.
Mengembangkan Super Apps itu harus memiliki parameter yang diikuti. Memikirkan risiko yang akan dihadapi, ada proses yang dimulai dari riset.
"Apa iya itu Apps beneran atau Apps asal jadi. Karena memang ada Apps yang diciptakan untuk mencuri data," ujarnya.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mengganti Puasa Ayyamul Bidh yang Bertepatan dengan Hari Tasyrik? Simak Penjelasannya
Pemerintah Tidak Bisa Sendiri
Ardi Sutedja juga mengingatkan biaya bikin Super Apps sangat mahal karena banyak proses yang harus dilalui.
Selain itu, pemerintah tidak bisa sendirian mengembangkan Super Apps yang akan digunakan pemerintah dan masyarakat.
Kolaborasi dengan berbagai stakeholder menjadi wajib, termasuk menggandeng komunitas memperkuat ekosistem.
"Pentest dan tahapan lain-lain dalam membuat Apps tidak murah biayanya, sangat mahal, karena banyak proses yang dilalui," ujarnya.