Hinaan Atau Sindiran? Hacker Eropa dan AS Sebut Cyber Security di Indonesia Seperti Ditangani Bocah 14 Tahun

- 6 September 2022, 18:11 WIB
Foto ilustrasi hacker. Kebocoran data terus terjadi di Indonesia
Foto ilustrasi hacker. Kebocoran data terus terjadi di Indonesia /Freepik.com/freepik

Berdasarkan IBM’s Threat Intelligence Index 2022, ransomware menyumbang 21 persen dari total serangan pada tahun 2021.

Interpol menempatkan Indonesia di peringkat pertama di Asia Tenggara dengan 1,3 juta kasus ransomware. Itu menurut data Asean Cyberthreat Assessment tahun 2021.

Xerxes mengungkapkan dirinya melakukan peretasan beberapa perusahaan Indonesia di bulan Desember 2020.

Di situ ia menemukan kerentanan secara tidak sengaja, di mana dia berhasil mendapatkan akses langsung ke Structured Query Language (SQL) situs.

Baca Juga: Gedung Putih Undang 32 Negara Bahas Ransomware, Indonesia Tak Diundang, Padahal Penduduk 270 Juta

Hacker lainnya asal Amerika Serikat (AS) dengan nama samaran Gimmci mengatakan dirinya melihat banyak kerentanan dan celah di Indonesia.

"Saya melihat banyak kerentanan di situs-situs Indonesia. [...] Saya tidak mengatakan lemah, tetapi, pada kenyataannya, bahkan situs pemerintah pun masih bisa diretas," kata Gimmci.

Gimmci mengaku berusia 19 tahun. Ia mengklaim berhasil membobol sebuah platform pencari pekerjaan yang beroperasi di Indonesia.

Dari aksi tersebut Gimmci berhasil mendapatkan lebih dari 130.000 database Indonesia yang terdiri dari foto KTP, gambar kartu keluarga, NPWP dan banyak lagi yang ia kumpulkan secara ilegal.

Baca Juga: Database Akun Twitter Dijual Rp450 Juta di Forum Hacker, Bisa Digunakan untuk Periklanan dan Serangan Ditarget

Halaman:

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah