Berdasarkan IBM’s Threat Intelligence Index 2022, ransomware menyumbang 21 persen dari total serangan pada tahun 2021.
Interpol menempatkan Indonesia di peringkat pertama di Asia Tenggara dengan 1,3 juta kasus ransomware. Itu menurut data Asean Cyberthreat Assessment tahun 2021.
Xerxes mengungkapkan dirinya melakukan peretasan beberapa perusahaan Indonesia di bulan Desember 2020.
Di situ ia menemukan kerentanan secara tidak sengaja, di mana dia berhasil mendapatkan akses langsung ke Structured Query Language (SQL) situs.
Baca Juga: Gedung Putih Undang 32 Negara Bahas Ransomware, Indonesia Tak Diundang, Padahal Penduduk 270 Juta
Hacker lainnya asal Amerika Serikat (AS) dengan nama samaran Gimmci mengatakan dirinya melihat banyak kerentanan dan celah di Indonesia.
"Saya melihat banyak kerentanan di situs-situs Indonesia. [...] Saya tidak mengatakan lemah, tetapi, pada kenyataannya, bahkan situs pemerintah pun masih bisa diretas," kata Gimmci.
Gimmci mengaku berusia 19 tahun. Ia mengklaim berhasil membobol sebuah platform pencari pekerjaan yang beroperasi di Indonesia.
Dari aksi tersebut Gimmci berhasil mendapatkan lebih dari 130.000 database Indonesia yang terdiri dari foto KTP, gambar kartu keluarga, NPWP dan banyak lagi yang ia kumpulkan secara ilegal.