JURNAL MEDAN - Rishi Sunak menjadi salah seorang kandidat Perdana Menteri (PM) Inggris menggantikan Boris Johnson.
Namun publik terbelah dalam memberikan dukungan bagi seorang imigran keturunan India yang sukses dan berhasil di dunia politik Inggris Rishi Sunak.
Sebagian menganggap Sunak dari kalangan Westminster dengan teman-teman para bangsawan dari kelas atas, tetapi bukan dari kelas pekerja.
Menurut penelitian YouGov yang dirilis baru-baru ini, 40 persen orang Inggris menganggapnya tidak kompeten.
Namun dia adalah salah satu dari tiga kontestan terakhir dan kemungkinan besar menjadi penerus Boris Johnson.
Sebelum terjun ke dunia politik, Sunak menempuh pendidikan di Oxford dan Stanford.
Usai lulus ia bekerja sebagai analis di bank investasi Goldman Sachs kemudian menjabat sebagai manajer keuangan.
Sunak mulai dikenal publik saat Boris Johnson mengangkatnya sebagai Menteri Keuangan pada Februari 2020 dan mengundurkan diri pada Juli 2022.
Sunak menghadapi pandemi virus Corona ia menghadapi berbagai ujian dan sebagian besar ia menghabiskan waktu di kantor karena pandemi.
Tetapi jabatan Menteri Keuangan ia berhasil membangun profil dan menunjukkan kapasitasnya.
Sunak menjadi populer di kalangan masyarakat Inggris dengan keputusannya untuk melanjutkan pembayaran upah.
Ia memberikan cuti, pinjaman untuk perusahaan yang sakit, dan voucher untuk kunjungan restoran bagi warga Inggris.
Semua itu dilakukannya dengan mandat penuh dari Boris Johnson.
"Sunak bekerja di bawah seorang PM yang ingin menghabiskan uang, terutama pada proyek infrastruktur yang dirancang untuk menyampaikan agenda kemajuan pemerintah," kata Neil Carter, profesor politik di Universitas York dilansir Al Jazeera, Sabtu, 6 Agustus 2022.
Carter menilai sosok kepemimpinan Johnson sebagai seorang PM yang membuat banyak pengeluaran tanpa mempertimbangkan bagaimana membayarnya.
Baca Juga: Dosa Setahun Lalu Dihapus Allah, Kapan Puasa Tasu’a dan Asyura 2022? Apa Saja Keutamaan Puasa Ini?
"Dalam tindakan tertentu kebijakan Johnson menjadi bumerang. Misalnya, kebijakan makan di luar merupakan inisiatif yang menyelamatkan sektor restoran, tetapi berkontribusi pada gelombang COVID kedua yang menghancurkan Inggris di musim gugur 2020," ujarnya.
Seiring dengan meningkatnya utang Inggris di tahun 2020 di bawah pemerintahan Johnson, popularitas Sunak malah meningkat.
Johnson sepertinya membiarkan Sunak melakukan pekerjaannya namun ternyata keputusan itu sebuah kesalahan bagi Johnson.
Stephen Elstub, seorang masyarakat Inggris yang diwawancarai Al Jazeera memberikan pendapat tentang Johnson dan Sunak.
"Selama pandemi, ketika pemerintah membuat briefing di televisi secara teratur, Menteri Keuangan (Sunak) mengumumkan upaya pemerintah melawan pandemi," kata Elstub.
"Sementara perdana menteri (PM Johnson) memberi tahu kami berapa banyak orang yang telah meninggal dari waktu ke waktu dan bahwa kami semua harus tinggal di rumah," ujarnya.***