Naskah Khutbah Idul Adha 1443 H atau 2022, Tema Totalitas Berislam dan Beriman Seperti Keluarga Nabi Ibrahim

- 26 Juni 2022, 11:20 WIB
Naskah Khutbah Idul Adha 1443 H atau 2022 Tema Totalitas Berislam dan Beriman Seperti Keluarga Nabi Ibrahim
Naskah Khutbah Idul Adha 1443 H atau 2022 Tema Totalitas Berislam dan Beriman Seperti Keluarga Nabi Ibrahim /Pixabay

Pengulangan demi pengulangan tersebut seharusnya meninggalkan bekas yang mendalam bagi keimanan dan ketakwaan kita. Bukan sebaliknya, kehadiran demi kehadirannya menjadikannya peristiwa yang kita anggap biasa saja. Akibatnya, datang dan pergi begitu saja, tanpa ada manfaat bagi dunia dan akhirat kita, tanpa ada maslahat bagi individu kita dan umat kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallahu, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamdu….

Jamaah Shalat dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah, Ibadah-ibadah istimewa di bulan suci Dzulhijah ini tidak bisa dipisahkan dengan sejarah kehidupan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam, Nabiyullah Ismail ‘alaihissalam, dan ibunda Hajar. Jika kita mentadabburi sejarah mereka dengan seksama, niscaya kita bisa memetik banyak pelajaran berharga untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita.

Salah satu pelajaran terpenting yang bisa dipetik dari sejarah kehidupan mereka adalah memahami bahwa hakekat ajaran agama Islam adalah al-istislaam lillah. Yaitu berserah diri sepenuhnya kepada perintah dan larangan Allah ‘azza wajalla. Berserah diri sepenuhnya kepada agama Allah dan syariat-Nya. Menerima sepenuh jiwa pedoman hidup yang diturunkan-Nya kepada Nabi dan Rasul-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sang penutup seluruh nabi dan rasul.

Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihissalam telah memberikan contoh keteladanan dalam berserah diri kepada Allah ‘azza wajalla semata. Saat mendapat perintah untuk menyembelih sang anak Ismail ‘alaihissalam, Ibrahim ‘alaihissalam sang bapak melaksanakannya dengan penuh keikhlasan dan kepasrahan. Demikian pula Ismail ‘alaihissalam menerimanya dengan kelapangan hati dan kepasrahan jiwanya kepada Allah semata. Allah mengabadikan kepasrahan jiwa keduanya kepada Allah, dengan firman-Nya:

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ

“Maka ketika keduanya telah menyerahkan diri kepada Allah dan ia (Ibrahim) membaringkan anaknya (Ismail) pada dahinya.” (QS. Ash-Shafat [37]: 103)

Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari dalam tafsirnya, Jami’ul Bayan ‘an Ta’wili Ayyil Qur’an, berkata, “Maknanya adalah keduanya menyerahkan urusannya kepada Allah semata, keduanya berserah diri kepada-Nya, keduanya bersepakat untuk menerima perintah Allah dan ridha dengan takdir-Nya.”

Ikrimah Maula Ibnu Abbas berkata, “Keduanya berserah diri kepada perintah Allah, sang anak ridha untuk disembelih, dan sang bapak ridha untuk menyembelihnya.”

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallahu, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil hamdu…. Jamaah Shalat dan Khutbah Idul Adha rahimakumullah,

Kepasrahan, ketundukan, dan penerimaan kepada perintah dan larangan Allah ‘azza wajalla tidak hanya ditampilkan oleh sang bapak dan sang anak. Sang bunda Hajar pun memberikan keteladanan yang tak kalah hebatnya. Seorang diri Hajar dengan penuh keikhlasan, kesabaran, dan ketabahan mengasuh bayinya, Ismail, di tengah padang pasir yang tandus, panas, tiada sumber air, tiada sumber makanan, tiada pepohonan tempat bernaung, dan tiada manusia lainnya.

Halaman:

Editor: Ahmad Fiqi Purba


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x