Air susu ibu tidak lagi keluar, karena tidak ada asupan makanan dan minuman lagi yang masuk ke perut Hajar.
وَجَعَلَتْ تَنْظُرُ إِلَيْهِ يَتَلَوَّى، أَوْ قَالَ يَتَلَبَّطُ، فَانْطَلَقَتْ كَرَاهِيَةَ أَنْ تَنْظُرَ إِلَيْهِ
“Hajar memandang bayinya yang menggelepar-menggelepar di pasir, nafas bayinya terengah-engah dan sesak seperti dalam kondisi menjelang ajal. Maka Hajar pun beranjak pergi karena tidak kuat lagi melihat kondisi bayinya yang mengenaskan tersebut.”
Dalam riwayat yang lain, kondisi bayi Ismail disebutkan:
كَأَنَّهُ يَنْشَغ لِلْمَوْتِ
“Suaranya tersenggal-senggal, naik dan turun, seakan-akan sedang sakaratul maut.”
Hajar mendapati bukit Shafa sebagai bukit terdekat dari posisinya saat itu. Ia mendaki bukit Shafa. Dari puncak bukit Shafa, ia memandang ke lembah Bakkah, berharap ada manusia yang terlihat. Tapi ia tidak melihat siapa-siapa. Ia pun turun kembali ke lembah Bakkah. Sesampainya di lembah Bakkah, ia segera mengangkat ujung kain gamisnya yang menyentuh tanah, lalu ia berlari-lari dalam keadaan susah-payah sampai melintasi lembah.
Lalu ia naik ke bukit Marwa. Dari puncak bukit Shafa, ia memandang ke arah lembah, berharap ada manusia yang terlihat. Namun ia tidak melihat siapa-siapa. Maka ia pun turun ke lembah, lalu berlari kembali ke bukit Shafa. Demikian ia berlari-lari dari bukit Shafa menuju bukit Marwa, dari bukit Marwa menuju bukit Shafa, sebanyak tujuh kali.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَذَلِكَ سَعْيُ النَّاسِ بَيْنَهُمَا