JURNAL MEDAN - Badut Tiktok bermunculan di Kota Medan. Fenomena ini mewarnai hampir setiap lampu merah hingga rumah makan di sekitaran kota Paris Van Sumatera.
Badut-badut ini menjamur ketika pandemi Covid-19 terus menyebar di Sumatera Utara. Mereka beraksi diiringi musik remix dan lebih banyak diperankan oleh anak-anak. Tentu saja mengharap iba dari banyak orang.
Rata-rata dari para badut ini adalah para pelajar. Dalam aksinya mereka berani melibatkan anak-anak di usia 6-8 tahun. Padahal konstitusi menyatakan fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.
Baca Juga: 5 Lagu Pop ini Dirilis Tahun 2020 dan Jadi Terpopuler Sepanjang Tahun
Anak-anak pemeran Badut Tiktok beroperasi menggunakan pakaian badut yang disewa per hari dengan harga Rp.50 ribu hingga Rp 80 ribu. Nominal harga tergantung dari jenis pakaian badut yang disewa.
Badut Tiktok biasanya bekerja seharian dari pagi hingga malam hari untuk menutupi uang sewa pakaian.
Banyak diantara pemeran Badut Tiktok ini merupakan anak putus sekolah. Beban biaya yang semakin berat membuat orang tua tak mampu memenuhi kebutuhan. Menjadi Badut Tiktok muncul sebagai sebuah solusi.
Di masa pandemi anak-anak sekolah tak mampu menutupi biaya untuk belajar daring yang membutuhkan paket internet dan smartphone.