Saat ini, kata Yanuar, terdapat semacam kesalahpahaman di kalangan penyelenggara pemilu dan pemerintah. Akibatnya sosialisasi masih kurang atau tidak efektif.
"Itu anggaran sosialisasi besar, tetapi dampaknya masih minim," kata dia.
Masalah selanjutnya adalah kurikulum politik di sekolah-sekolah tidak masuk pelajaran sehingga tidak ada update soal perkembangan politik di dunia sekolah/kampus.
"Ini berbahaya kalau dibiarkan ke depannya. Kurikulum sekolah harus mempertimbangkan soal politik ini karena kampus itu mimbar akademik, tempat diskusi serius," ujarnya.
Baca Juga: Menteri Boleh Maju Capres 2024 Tanpa Mundur, Bawaslu Bakal Petakan Potensi Penyalahgunaan Wewenang
Yanuar juga melihat perubahan orientasi di kalangan anak muda yang membuat mereka menjauh dari dunia politik.
Hal-hal seperti pop culture, misalnya, menjalani hidup mewah, gaya hidup instan tapi sukses, menyukai kebebasan tidak mau diatur, hingga menjadi lebih individual.
Sedangkan dunia politik mengajarkan orang-orang berkolaborasi, bekerja sama, berorganisasi, bersuara, hingga meningkatkan kesejahteraan.
Ketua DPP Garda Bangsa PKB Tommy Kurniawan melihat kaum milenial mulai apatis terhadap politik sehingga perlu dilakukan perubahan total.