"Motor politiknya (survei) juga lebih banyak termasuk data hasil survei. Itu bisa dipelintir," kata dia.
Hadar kemudian membaca cara berpikir Bamsoet yang memanfaatkan data, misalnya, soal pertanyaan, "Apakah anda puas atau seberapa puas degan pemerintahan Jokowi?".
Kemudian muncul jawaban sekitar 70 persen masyarakat puas. Tiba-tiba Bamsoet mengambil kesimpulan pelaksanaan Pemilu 2024 perlu dipertimbangkan lagi.
Bamsoet juga mengaitkan penundaan Pemilu dengan pandemi Covid-19 hingga penyelenggaraan Pemilu 2024 yang menelan biaya begitu besar.
"Terus dia simpulin, kalau kayak gini ya pemilu kita perlu kita pertimbangkan lagi nih, mau diteruskan apa enggak?," tanya Hadar.
Hadar yang kini merupakan Direktur Eksekutif Network for Democracy and Electoral Integrity (Netgrit) khawatir jika pernyataan Bamsoet memiliki motif politik.
"Nah, jadi menurut saya keliru membaca survei ini, malah saya khawatir jangan-jangan ini dia punya motif politik sendiri."
"Atau beliau termasuk bermotif politik, tapi dalam rangka menjatuhkan pak Jokowi, kan bisa begitu juga, tidak harus dia mendukung Jokowi loh, karena kalo kita percaya Pak Jokowi memang sudah capek mengatakan saya tidak berminat," jelasnya.