Kisah Mistis dan Misteri Gus Dur di Tebu Ireng dan Cerita Tentang Seorang Kakek Berbaju Putih

2 Agustus 2022, 00:48 WIB
Abdurrahman Wahid yang dikenal juga sebagai Gus Dur /Santrigusdur.com

JURNAL MEDAN - Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pernah mengungkapkan kisah mistis, sebuah misteri tentang Tebu Ireng, sebagai tempat lahirnya para Wali Allah SWT.

Kisah turun temurun tentang Tebu Ireng sudah diramalkan kakek tua berjubah putih dan berjenggot panjang yang bakal menjadi tempat lahirnya para wali.

Dari cerita turun temurun ini terbukti bahwa Tebu Ireng merupakan tempat lahir para wali yaitu Syekh Hasyim Asy'ari dan keturunannya.

Baca Juga: Arif Poyuono Sebut Keran Ekspor Sawit Macet, Stok Nasional Melimpah Sehingga Harga Anjlok

Bahkan Gus Dur yang kini makamnya tidak pernah sepi dari peziarah.

Adalah kiai sepuh almarhum Ki Zubaidi Muslih, seorang guru pelajaran ilmu tauhid kitab kifayatul awam.

Di samping keluasan ilmunya, dia dikagumi dengan kisah-kisah tentang sejarah sastra mistik maupun pengalaman pribadi dirinya.

Berikut kisahnya dikutip Jurnal dari Chanel Youtube Nasihat Kehidupan Story.

Baca Juga: DENDA Menanti Para Pemain PSMS Medan Jika Kelebihan Berat Badan, Pelatih I Putu Gede Minta Hati-hati

Salah satu kisahnya bahwa jauh sebelum pesantren Tebu Ireng didirikan tahun 1899, ada seorang waliyullah yang tak diketahui berasal dari mana dan entah mau ke mana

Wali itu datang dengan pakaian serba putih dan berjenggot panjang yang berhenti di tepian sungai, yang saat ini menjadi pesantren. Ia lalu mengamati seraya bertutur dengan kasafnya.

"Kelak di tempat ini akan datang seorang yang alim ilmunya menyinari negeri," ucap orang tua berjubah.

Orang tua berjubah itu berlalu dan membuat masyarakat dan warga sekitar keheranan. Ternyata prediksinya itu tidaklah meleset.

Baca Juga: PDIP, PKS, dan NasDem Sudah Input Dokumen Lengkap ke Sipol KPU, Belum Masuk Tahap Verifikasi

Orang alim yang dimaksud, tak lain ialah Hadratussyekh Kyai haji Muhammad Hasyim Asya'ri beserta keturunan dan para santrinya.

Di kemudian hari, di kesempatan lain ada sebuah kisah sejarah yang terdapat pada buku sejarah alumni pesantren.

Entah kejadian yang dimaksud sama atau memang berbeda, menyebutkan sebuah kisah yang kurang lebih sebagai berikut:

Alkisah ada seorang kakek tua yang berdiam diri di sebuah pohon, ia menjadikan pohon itu sebagai tempat berteduhnya berhari-hari.

Baca Juga: Sumbang Emas Pertama Cabor Renang di Asean Para Games 2022, Aris Wibawa Ternyata Belum Puas

Warga sekitar pun merasa kasihan. Mereka hendak mengajak kakek itu kerumah agar tinggal bersama, namun kakek itu menolak dengan halus.

Kakek tua itu berpesan kalu ia wafat maka ia ingin dimakamkan dibawah pohon tersebut.

Sebab tempat ini akan menjadi pusat keilmuwan di datangi banyak orang dari berbagai penjuru negeri, dan makam ini tidak akan pernah sepi dari para peziarah.

Lalu kakek itu wafat dan dimakamkan di tempat yang dimaksud. Kini masih satu area dengan kompleks pemakaman pesantren Tebu Ireng.

Baca Juga: Raih Medali Emas Pencak Silat Dunia, Ketua IPSI Kota Tegal Siapkan Bonus dan Tasyakuran untuk Atifa Fismawati

Mungkin kisah mistik Tebu Ireng akan berhenti disitu saja, nyatanya tidak. Afa satu kisah yang terdapat dalam buku hasil disertasi Al Alwi Shihab.

Dimana terdapat kata pengantar dari almarhum Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menyebut sebuah nama yang bisa jadi itulah nama kakek tua.

Dan cerita di atas Gus Dur mengatakan pada 1941, mendiang mantan presiden Soekarno terdiam selama 40 hari dipesantren Tebu Ireng untuk berkhalwat di kuburan nenek moyang dulu yaitu Maulana Ishak Al Tabarqi.

Orang inilah yang kemudian diabadikan peranannya karena asalnya Al Tabarki merupakan daerah halilintar.

Baca Juga: Pimred Kabar Tegal Dilaporkan Hilang, Polda Jateng Tegaskan Pihaknya Pro Aktif Lakukan Penyelidikan

Oleh karena itu didapatkan gambaran pendiri kerajaan Demak di masjid agung Demak dalam sebuah ukiran kayu dengan bahan dari lintas sebuah punggung kura-kura.

Dengan demikian gambaran Gus Dur jelas bahwa kura-kura sebagai lambang umur panjang atau ban swee hanya digunakan oleh raja-raja dalam legenda China.

Oleh karena itu ketika Bung Karno sebagai keturunan Maulana Ishak berhasil mendirikan Negeri Republik Indonesia membuat tugu proklamasi.

Pada tugu proklamasai di Pegangsaan, di atas tugu itu dia meletakkan sebuah gambar halilintar sama dengan yang ada di masjid Demak.

Baca Juga: Cerita Horor Pemuda Ini Tidur dan Ngorok Bersama Pocong di Kos-kosan Karawang, Kok Bisa? Begini Ceritanya!

Dengan kata lain Maulana Ishak melalui keturunannya Soekarno juga adalah salah seorang arsitek Negara republik Indonesia.

Dari sini jelaslah bahwa Soekarno sebagai tokoh politik karena mendirikan kerajaan ternyata juga keturunan salah seorang tokoh politik lain.

Sehingga tidak mengherankan apabila beberapa abad berikutnya para Wali Songo juga merupakan tokoh-tokoh politik.

Entah bagaimana Gus Dur mampu mengetahui cerita mistik tersebut. Bahkan sampai detail nama keturunan sejarah hingga prediksi ke depan.

Baca Juga: Tak Cuma Bikin Tenggorokan Segar, Ternyata Air Kelapa kata dr. Zaidul Akbar Juga Berkhasiat Obati Penyakit Ini

Di samping perlu ditelusuri lebih dalam tentang riwayat hidup Maulana Ishak At Tabarki, kita patut meyakini bahwa orang-orang yang hatinya bersih selalu diberi hidayah oleh Allah Swt, seperti mengetahui hal-hal ghaib. ***

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler