Kepercayaan para penonton dan keinginan rakyat Iraq untuk menang memotivasi skuad asuhan Jorvan Vieira untuk merebut piala Asia, dan pada akhirnya kepercayaan tersebut dibayar dengan mantap oleh para pemain Iraq.
Stadion Gelora Bung Karno menjadi saksi dimana Iraq berhasil mengalahkan Arab Saudi dan mendapatkan piala internasional yang pertama setelah sang kapten Younis Mahmoud berhasil menciptakan gol dari umpan sudut yang tidak dapat dibalas oleh Arab Saudi.
Strategi counter-attack yang dilancarkan para pemain Iraq selama pertandingan menjadi kunci kemenangan mereka. Hasil ini disambut rakyat Iraq dengan suka cita dan banyak media massa yang menobatkan momen ini sebagai momen terindah dan sebuah kebangkitan yang muncul dikala keterpurukan.
Para pemain yang mewakili Iraq pada turnamen ini dianggap sebagai “golden generation” dalam sepakbola Iraq.
Sang Cinderella (James J. Braddock, Tinju kelas berat, 13 Juni 1935)
James J. Braddock, seorang petinju kelas berat yang dianggap telah melewati masa keemasannya, berhasil memenangkan gelar juara tinju kelas berat di tahun 1935 setelah mengalahkan Max Baer, petinju yang terkenal pada saat itu.
Kemenangan Braddock sangat tidak diduga karena status Braddock yang hanya menjadi petinju pengganti setelah petinju yang seharusnya berhak menantang Baer mengalami cedera, dan Baer sedang dalam kondisi terbaiknya.
Salah satu alasan mengapa Braddock bisa mengalahkan Baer adalah karena Braddock sangat berlatih keras untuk pertandingan ini dan Baer sama sekali tidak berniat untuk melakukan latihan.
Ditambah dengan status Baer sebagai seorang selebriti yang juga harus mengikuti acara hiburan membuat Baer kehilangan fokus terhadap pertandingan yang merenggut gelar tinjunya.