Bersih-bersih Polri: Memegang Teguh Presisi di Tengah Menurunnya Citra Institusi

23 Oktober 2022, 22:43 WIB
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo saat konferensi pers /Pikiran-Rakyat.com/Muhamad Rizky Pradila

JURNAL MEDAN - Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sedang bekerja keras untuk membangun kembali citra Institusi yang sempat tercoreng di masyarakat.

Di tengah kinerja Polri yang Presisi dan terjun langsung ke masyarakat, korps Bhayangkara mendapatkan berbagai macam dinamika dan intrik dari internal maupun eksternal.

Mulai dari kasus Ferdy Sambo yang memakan tenaga dan pikiran dari personel Polri hingga kasus Kanjuruhan. Semua terjadi karena perilaku secuil oknum yang mencoreng nama Kepolisian.

Baca Juga: Profil Jeka Saragih, petarung Indonesia pertama yang bakal dapat kontrak eksklusif dari UFC

Di bawah kepemimpinan Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo, Polri hadir dengan slogan Presisi yang merupakan akronim dari prediktif, responsibilitas, dan transparansi berkeadilan.

Slogan tersebut hari ini sedang dipertanyakan oleh masyarakat. Bagaimana sebenarnya kinerja Polri yang saat ini marak dengan berbagai kasus dan persoalan.

Namun niat kuat dari Kapolri Jendral Polisi Listyo Sigit Prabowo dan seluruh jajarannya bertekad membuat Polri kembali menemukan elektabilitasnya.

"Ibarat proses pemurnian emas, Polri saat ini sedang diayak dan disaring untuk menjadi emas murni berkadar 24 karat. Mari kita semua bahu membahu dalam menghadapi situasi bangsa khususnya dalam bidang kamtibmas," ujar Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo di akun Twitternya, Kamis, 20 Oktober 2022.

Baca Juga: AWAS, Propaganda di Media Sosial dan Serangan Cyber Termasuk Potensi Kerawanan Pemilu 2024

Sebelumnya, Jendral Listyo dalam Twitter pribadinya mengatakan polisi tetap profesional memegang komitmen.

"Saya telah sampaikan kepada seluruh jajaran agar tidak ada yg bermain-main dengan masalah narkoba. Siapapun yg terlibat pasti akan ditindak tegas baik proses etik maupun pidana, karena ini merupakan wujud komitmen Polri utk melakukan bersih-bersih di institusi Polri yg kita cintai," ujar Jenderal Listyo.

Hal tersebut ditegaskan oleh Kapolri kepada seluruh personel agar menjunjung tinggi nilai-nilai Tribrata dan Catur Prasetya.

Pesan Kapolri adalah sebuah sinyal bahwa Polri akan mengabdi kepada negara dan hadir di setiap sisi masyarakat hingga dicintai oleh masyarakat tersebut (humanis).

Baca Juga: ENDING Mega Bollywood Kabhi Haan Kabhi Naa Hari Ini: Pengorbanan Sunil Demi Wanita yang Dicintainya

Namun yang menjadi pertanyaan adalah pernyataan dari Kapolri tersebut belum terbukti secara langsung dihadapan masyarakat.

Jargon bersih-bersih Polri rupanya belum menyentuh. Pasalnya kasus FS masih bergulir walaupun sebenarnya tindak dari Kapolri Jendral Polisi Listyo Sigit Prabowo sudah tepat dengan memecat para tersangka yang terlibat.

Sedangkan citra adalah anggapan, perkiraan, impresi, dan gambaran seseorang akibat adanya stimuli yang diperoleh.

Apabila stimulasi tersebut lengkap maka akan menghasilkan anggapan, perkiraan, impresi atau gambaran yang sesuai dengan kenyataan begitu juga sebaliknya (Aaker dan Mayer, 1991).

Lebih lanjut, meminjam istilah Philip Kotler (1999) yang menjelaskan bahwa citra yang ada dalam benak khalayak umumnya menyangkut penilaian terhadap lembaganya.

Baca Juga: Pemerintah Siap Tekel Hoaks, Disinformasi, dan Isu SARA yang Mengotori Ruang Siber Selama Tahapan Pemilu 2024

Dirinya juga menambahkan bahwa citra yang terbentuk bisa didapatkan dari ucapan serta tindakan yang dikehendaki.

Artinya, Citra Polri bisa membuat elektabilitas naik ataupun turun, tergantung bagaimana kepolisian harus bisa menyampaikan kinerja-kinerja yang bersifat humanis dan tersampaikan kepada masyarakat.

Lantas bagaimana caranya bagi Polri untuk kembali membangun citra ataupun elektabilitasnya?

Salah satu langkah yang tepat adalah dengan menggandeng media massa untuk membangun citra Polri.

Hal tersebut sudah dilakukan oleh Divisi Humas Polri, namun agar menjadi lebih ampuh ada baiknya Polri bermitra menyampaikan kinerjanya dengan media mainstream, selain bentukan dari Institusi mereka.

Baca Juga: Pernah di PAN dan Nasdem, Wanda Hamidah Terima Pinangan Golkar: Semoga Ini Pelabuhan Yang Terakhir

Hal tersebut berguna agar kembali membangun kepercayaan masyarakat kepada Polri, jika semua kinerja Polri tersampaikan dengan baik oleh media mainstream.

Lantas ditengah merosotnya citra dan elektabilitas Polri, apakah kita sebagai warga negara harus membenci Institusi tersebut?

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia Mahfud MD mengutip dari perkataan Ibu Taimiyah yang mengungkap bahwa sangat buruk apabila tidak adan polisi walau dalam semalam.

“Lebih baik 60 tahun dengan polisi jelek, dari pada semalam tanpa Polisi. Semalam saja tidak ada polisi, besoknya negara hilang," jelasnya di Kompleks Parlemen, Senin, 22 Oktober 2022.

Baca Juga: 16,8 Persen Warga Jakarta TIDAK PUAS dengan Kepemimpinan Anies Baswedan Sebagai Gubernur DKI 2017-2022

Sebagai warga negara yang baik, kita sebaiknya mendukung penuh Kapolri untuk bersih-bersih di tubuh Polri hingga menghasilkan Polri yang benar-benar sebagai penganyom masyarakat.

Tekad Polri untuk terus memperbaiki citra dan elektabilitas berdasarkan kepentingan publik melalui dinamika-dinamika yang terjadi akan membuat lembaga tersebut semakin maju.

Karena adanya harapan yang tinggi dari masyarakat terhadap Institusi berbaju coklat tersebut untuk segera merombak habis-habisan oknum-oknum yang mencoreng citra Polri.

Kebutuhan masyarakat adalah dengan kembalinya Polri sebagai penganyom yang memiliki citra profesionalisme, attitude, dan moral.

Baca Juga: Nonton One Piece Episode 1037 dengan Sub Indo HD, Streaming Gratis Tidak Otakudesu dan Anoboy

Dimana profesionalisme sendiri adalah kemampuan personel Polri yang memiliki keahlian dan keterampilan yang sesuai pada tempatnya, kemandirian yang ditandai profesionalisme khas kepolisian, yang menjamin tidak akan ada lagi intervensi terhadap tugas-tugas kepolisian utamanya tugas penegakan hukum.

Sedangkan attitude adalah etika dan perilaku personel Polri kepada masyarakat, apakah hal tersebut sesuai dengan kode etik atau bertentangan dengan norma yang berlaku.

Dengan adanya suara rakyat dan tuntutan dari berbagai elemen ini adalah momentum bagi Polri untuk membangun citra, elektabilitas, dan budaya baru di tubuh Institusi.

Penulis mengangkat judul tulisan ini dengan tema "Membangun Elektabilitas di Tengah Menurunnya Citra Institusi", dimana tulisan ini berdasarkan orientasi publik yang menilai kinerja Polri untuk saat ini agar terwujudnya Polri yang humanis, dicintai masyarakat, dan dibanggakan warga negara.***

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler