Datuk Matyoeda yang bertahta pada 1883-1919 ini tidak jarang mendapat tantangan dari Pemerintah Hindia Belanda.
Baca Juga: Kodam XIII/Merdeka Gelar Baksos Periksa Kesehatan Korban Banjir dan Tanah Longsor
Penjajah yang bengis itu tidak memiliki alasan yang jelas kenapa mereka melarang para orang-orang pribumi untuk berniaga.
Namun yang jelas mereka ingin memonopoli perdagangan hasil bumi. Barang siapa yang berani melanggar kebijakan yang sepihak itu maka dermaga dan barang dagangannya akan disita secara paksa oleh pemerintah Hindia Belanda.
Baca Juga: Indonesia Butuh Polisi Kreatif, Kapolres Sibolga Sulap Sarang Narkoba Jadi Tempat Wisata
Malaysia, Singapura, Malaka, Thailad merupakan tempat tujuan Datuk Matyoeda, dengan membawa barang dagangannya seperti Rotan, Kopra, dan Damar. Atas kesulitan untuk berdagang yang dihadapi Datuk Matyoeda itulah beliau berniat untuk membangun istana yang menghabiskan biaya 150 ribu Gulden.
Istana yang dibangun oleh Datuk Matyoeda itu dimulai pada tahun 1907 dan selesai pada 1912. Dengan mendatangkan 80 orang tenaga ahli dari China dan Pulau Penang Malaysia serta sejumlah tukang yang berasal dari sekitar istana dibangun.
Istana yang dibangun dengan ukuran 1.400 m2 dengan 6 anjungan ini, masing-masing anjungan menghadap ke empat arah mata angin memiliki 66 pasang jendela dan 28 pintu.
Baca Juga: Liverpool Gebuk West Ham Dengan Gaya Tim Juara, Klopp: Kami Tampil Sabar
Istana dengan lantai tiga tingkat ini, masing-masing memiliki khas tersendiri, lantai bawah dibangun terbuat dari beton yang berornamen China. Lantai dasar ini digunakan sebagai tempat bermusyawarah.