Sedangkan lantai kedua dan ketiga terbuat dari kayu, dimana kedua lantai ini digunakan tempat keluarga kerajaan. Kemudian dari lantai dua dan tiga dihubungkan dengan tangga putar yang masing-masing lantai di dalamnya terdapat beberapa kamar dengan ukuran sekitar 30 m2.
Sejak perencanaan istana dibangun sekitar tahun 1883 hingga berdirinya pada tahun 1912 Datuk Matyoeda bersama keluarga serta jajaran pemerintahannya sudah berdiam di Lima Laras.
Tatkala Datuk Matyoeda wafat pada 7 Juni 1919 itu sebagai petanda berakhirnya Kerajaan Lima Laras. Sedihnya, tidak sampai sekitar empat tahun setelah wafatnya beliau dimana kerajaan diteruskan anaknya bernama Datuk Muda Abdul Roni sebagai Raja Lima Laras yang ke-XIII, pada 1923 berakhirlah aktivitas istana.
Pada tahun 1942 Tentara Jepang masuk ke Asahan kemudian menguasai istana. Berikutnya ketika Agresi Militer Belanda II istana jatuh ke tangan Angkatan Laut RI dibawah pimpinan Mayor Darif Nasution.
Baca Juga: Sejumlah Fakta Kericuhan di Istana Mulai Terungkap, Ini Sinopsis Drama Korea Mr. Queen Episode 16
Kini kondisi istana Niat Lima Laras semakin memperihatinkan bahkan dengan melihat kondisinya tidak berapa lama lagi bangunan bersejarah ini akan rata dengan tanah lapuk ditelan zaman. Padahal istana ini dulunya sempat menjadi incaran para wisatawan domestic local maupun maupun mencanegara namun kini dengan kondisinya seperti dijelaskan di atas istana ini semakin lama semakin dikunjungi.
Baca Juga: Lima Kunci Kebahagiaan Hidup
Karena keberadaannya di tangan ahli waris, pihak pemerintah Kabupaten Batubara, melalui Ilyas Sitorus berupaya untuk menegosiasi ahli waris untuk membeli istana ini agar seutuhnya menjadi asset pemerintah dengan nilai Rp.5.000.000.000.-, akan tetapi pihak ahli waris menginginkan harga yang lebih tinggi, sehingga negosiasi ini tidak membuahi hasil.
Akhirnya kondisi Istana semakin kumuh karena tidak mendapatkan perawatan dari ahli waris.***