Roskomnadzor Rusia Batasi Penggunaan Twitter: Jangan Main-main Dengan Aturan Negara Kami!

10 Maret 2021, 18:47 WIB
ilustrasi/ Rusia batasi pengguna Twitter /Tangkap layar/ ANTARA

JURNAL MEDAN - Otoritas pengawas komunikasi Rusia (Roskomnadzor) menyatakan telah membatasi penggunaan Twitter dengan cara memperlambat kecepatannya.

Roskomnadzor menuduh Twitter berulang kali gagal menghapus konten yang dilarang/ilegal sehingga otoritas Rusia mengancam akan memblokir layanan Twitter sepenuhnya.

Sejauh ini otoritas Rusia menyatakan lebih dari 3.000 postingan yang berisi konten ilegal/dilarang hingga Rabu, 10 Maret 2021.

Baca Juga: Hari PARFI 2021, Wakil Bupati Tapsel: Saya Berharap Seniman Tapsel Ciptakan Film Tentang Sejarah

Baca Juga: Penjualan Lego Tumbuh Dua Digit, CEO: Sekian Tahun Investasi, Terbayar Saat Pandemi dan Lockdown

Twitter digunakan secara luas di Rusia termasuk oleh oposisi sekaligus kritikus Kremlin, Alexei Navalny. Bulan lalu Navalny dipenjara yang sempat memicu protes skala nasional di Rusia.

"Perlambatan (Twitter) akan diterapkan pada 100% perangkat seluler dan pada 50% perangkat non-seluler,” demikian keterangan regulator Rusia dilansir Reuters, Rabu 10 Maret 2021.

Langkah yang diambil Roskomnadzor ini dilakukan di tengah meningkatnya upaya Moskow untuk memberikan pengaruh yang lebih besar atau melawan platform media sosial AS.

Pihak berwenang Rusia sebelumnya mengatakan, platform digital AS telah gagal mengikuti/mematuhi hukum di Rusia.

Baca Juga: Tak Mau seperti 'Macan Ompong', Dewas KPK Minta Diberi Kewenangan

Baca Juga: Cek Fakta: Cewek di Argentina Kejang-kejang Gara-gara Vaksin Covid-19

"Jika (Twitter) terus mengabaikan persyaratan hukum, tindakan penegakan hukum, maka akan dilanjutkan dengan peraturan tanggapan (sampai pemblokiran)," tulis keterangan otoritas Rusia.

Bulan Desember lalu, majelis rendah parlemen Rusia mendukung denda baru yang besar. Denda ditujukan kepada platform yang gagal menghapus konten yang dilarang dan undang-undang.

Selain itu, otoritas setempat juga berhak untuk melakukan hal-hal yang diperlukan jika Twitter atau platform lainnya "mendiskriminasi" media di Rusia. ***

Editor: Arif Rahman

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler