Kisah Para Sahabat Dalam Meraih Surga (3): Anas bin an-Nadhar Mencium Aroma Surga di Perang Uhud

23 April 2021, 11:04 WIB
Ilustrasi para sahabat Rasulallah /Tim Jurnal Medan 2

JURNAL MEDAN -- Anas bin an-Nadhar alias Abu Amr Anas bin an-Nadhar bin Dhakhm an-Najjari al-Khazraji al-Anshari. Paman dari Anas bin Malik – pelayan Rasulullah itu berasal dari Suku Khazraj yang bermukim di Madinah.

Saat kaum muslimin menghadapi kekacauan di Perang Uhud, Anas tampil sebagai pahlawan yang mengobarkan semangat juang pasukan. Mengajak mereka meniti jalan Rasulullah hingga ia menemui syahidnya di sana.

Anas bin an-Nadhar radhiallahu ‘anhu memeluk Islam setelah tibanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 23 April 2021: Aldebaran Mengakali Andin dan Mama Rosa untuk Tes DNA Terhadap Reyna

Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Pamanku, Anas bin an-Nadhar, tak turut serta di Perang Badar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia bertakbir dan berkata, ‘Aku terluput dari pertempuran pertama yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demi Allah! Kalau Allah nanti mempertemukan aku dengan perang lainnya bersama Rasulullah, Allah akan melihat apa yang kuperbuat.” Ia segan untuk berucap lebih dari itu.

Benar saja, Anas bin an-Nadhar ditakdirkan Allah menemui peperangan Rasulullah berikutnya. Ia turut serta di Perang Uhud. Ia bertemu Saad bin Muadz. Lalu Saad bin Muadz menyapanya, “Abu Amr, mau kemana”? Anas menjawab, “Waah.. kucium aroma surga dari balik Uhud.”

Ia maju berperang hingga terbunuh. Usai peperangan ditemukan di jasadnya ada delapan puluh sekian luka. Karena sabetan pedang. Hujaman tombak. Dan tertembus anak panah. Kata Anas, “Bibiku, ar-Rubayyi’ binti an-Nadhar berkata, “Tak kukenali saudaraku ini kecuali dari ruas-ruas jemarinya.”

Diriwayatkan al-Bukhari dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Kami berpendapat bahwa ayat ini turun berkaitan dengan Anas bin an-Nadhar:

Baca Juga: Ikatan Cinta 23 April 2021: Nino Merasakan Kejanggalan dari Elsa, Pak Chandra Ungkap Peristiwa di Hotel

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُم مَّن قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلاً

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).” (Quran Al-Ahzab: 23).

A-Bukhari juga meriwayatkan ar-Rubayyi’ binti an-Nadhar mematahkan satu gigi seri seorang budak perempuan. Pihak keluarga pun meminta maaf kepadanya, namun ditolak. Lalu mereka menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memerintahkan untuk melakukan qishash.

Anas bin an-Nadhar berkata, ‘Apakah Anda juga akan mematahkan gigi ar-Rubayyi’, wahai Rasulullah? Jangan. Demi yang mengutusmu dengan kebenaran, mohon jangan Anda patahkan gigi serinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggapi,

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta 23 April 2021: Rafael dan Rendy Menyelidiki Elsa dan Ricky hingga ke Hotel

يا أنس كتاب الله القصاص

“Hai Anas, kitabullah menetapkan qishash.”

Pihak keluarga korban pun akhirnya ridha dan memaafkan. Mengomentari hal itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إن من عباد الله من لو أقسم على الله لأبره

“Sungguh di antara hamba-hamba Allah itu ada seseorang yang kalau dia bersumpah, Allah akan memenuhinya.”

Maksud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Anas bin an-Nadhar. Dia bersumpah atas nama Allah, lalu Allah mewujudkan keinginannya. Tentu ini karena keutamaannya. Kualitas ibadah hatinya. Sehingga Allah mengabulkan apa yang ia ucapkan.

Baca Juga: Sinopsis Hercai Sabtu 24 April 2021: Menantang! Reyyan Pastikan Mimpi Dilsah Satukan Miran dan Azra Sia-Sia

Bersama Para Sahabat

Di tengah kecamuk Perang Uhud, pasukan kaum muslimin ditimpa kegamangan berat. Karena ada isu Rasulullah shallallahu telah terbunuh. Tentu ini sangat berat. Sementara Anas terus berperang. Ia melihat Umar bersama beberapa orang, ia berkata, “Hei, mengapa kalian duduk-duduk”? Mereka berkata, “Rasulullah telah wafat.” Anas Kembali berkata, “Lalu, apa yang akan kalian lakukan sepeninggal beliau? Bangkitlah! Matilah juga di atas jalannya.” Ia terus maju mengayun dan menyabetkan pedangnya hingga terbunuh.

Anas bin an-Nadhar termasuk sahabat yang gugur di Perang Uhud tahun 3 H. Di tubuhnya terdapat 80-an luka. Ada sabetan pedang. Hujaman tombak. Dan tertembus anak panah. Saking begitu banyaknya luka, sampai-sampai jasad beliau tak dikenali oleh orang-orang. Kecuali saudarinya Rubayyi’. Ia kenali dari ruas-ruas jemarinya.***

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler