Jangan Melokalisir Kesalahan di Malang, Presiden Madura United: PSSI Bertanggung Jawab, Pengurus Mundur!

2 Oktober 2022, 15:12 WIB
Gas air mata ditembakkan ke arah penonton oleh aparat yang bertugas di laga Arema FC vs Persebaya, Minggu, 1 Oktober 2022. Ratusan suporter tewas dalam peristiwa tersebut /Twitter

JURNAL MEDAN - Presiden Madura United Achsanul Qosasi meminta semua pihak tidak melokalisir kesalahan di Malang sebagai episentrum kerusuhan sepakbola di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan ratusan suporter.

Achsanul Qosasi menilai pihak yang paling bertanggung jawab adalah PSSI selaku federasi sekaligus otoritas sepakbola nasional.

Dalam kicauannya di akun Twitter, Presiden Madura United mengatakan pengurus PSSI harus mundur sebagai bentuk tanggung jawab dan penghormatan terhadap keluarga korban.

Baca Juga: Minta Maaf atas Kerusuhan di Kanjuruhan, Iwan Bule Jadi Rujakan Warganet: Mundur Pak, Malu

"PSSI wajib bertanggung jawab dan semua pengurusnya harus kundur. Sebagai respect terhadap korban dan keluarganya," kata Achsanul Qosasi, Minggu, 2 Oktober 2022.

Wajar Achsanul Qosasi kesal dan marah karena saat ini Madura United sedang memuncaki klasemen Liga 1 bersama Borneo FC. Kedua tim sama-sama mengumpulkan 23 poin.

Sementara kompetisi telah dihentikan karena Presiden Jokowi meminta Liga 1 disetop sementara sampai pihak terkait melakukan evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan.

Kondisi ini sangat menganggu internal Madura United, sedangkan peristiwa kerusuhan di Kanjuruhan menganggu psikologis semua khalayak sepakbola di Tanah Air.

Baca Juga: Kesamaan Tragedi Kerusuhan di Kanjuruhan dengan Peru 1964, Gas Air Mata Ditembakkan ke Arah Penonton

"Tak perlu PSSI membuat Tim ini-itu. Serahkan saja kepada kemenpora/KONI selaku organ Pemerintah. Libatkan penegak hukum dan FIFA untuk membuat Investigasi atau langkah yang diperlukan," jelas Achsanul.

Sebelumnya, Indonesia Police Watch (IPW) meminta Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta untuk menjerat pidana panitia penyelenggara (Panpel) pertandingan antara Arema FC vs Persebaya.

IPW menyebut kerusuhan di Kanjuruhan sebagai tragedi nasional karena 127 nyawa (hingga Minggu pagi) melayang sia-sia akibat kericuhan di dalam stadion.

Kemungkinan jumlah korban bertambah karena saat ini masih banyak yang dirawat di RS. Beberapa dikabarkan wafat dalam perawatan medis.

Baca Juga: Tagar Pray For Kanjuruhan Viral di Twitter, Warganet: Humanition Above Competition

Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso mengatakan ratusan korban tewas akibat kerusuhan di Kanjuruhan harus diusut tuntas pihak kepolisian.

Kelalaian ini harus menetapkan pihak yang paling bertanggung jawab sehingga layak dijerat hukum pidana.

"Jangan sampai pidana dari jatuhnya suporter di Indonesia menguap begitu saja...," demikian keterangan pers IPW, Minggu, 2 Oktober 2022.

Para pemangku kebijakan sepakbola Indonesia seperti tidak belajar dari hilangnya nyawa dua bobotoh di Stadion Gelora Bandung Lautan Api bulan Juni lalu.

Baca Juga: Gas Air Mata Jadi Bahasan Media Asing, Disebut Jadi Dalang Renggut Ratusan Jiwa Tragedi Kanjuruhan

IPW juga meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit mencopot Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat yang bertanggung jawab dalam mengendalikan pengamanan Arema FC vs Persebaya.

Pengumuman tewasnya ratusan suporter disampaikan langsung oleh Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta.

Kapolda Jatim mengakui gas air mata ditembakkan ke arah penonton sehingga timbul kepanikan sehingga terjadi desak-desakan, sesak napas, dan himpitan di antara suporter.

"Dalam kejadian tersebut telah meninggal 127 orang, dua di antaranya anggota Polri," ungkapnya dalam konferensi pers di Malang, Minggu, 2 Oktober 2022.

Baca Juga: Tangisan Sang Ibu Pecah, Gendong Balita yang Telah Meninggal Buntut Kerusuhan Kanjuruhan

Hingga Minggu siang jumlah korban tewas dan luka-luka terus bertambah. Sementara di media sosial terhadap berbagai versi jumlah korban. ***

Editor: Arif Rahman

Tags

Terkini

Terpopuler