Gak Belajar dari Bandung, Gas Air Mata dan Keserakahan Panpel, Kerusuhan Kanjuruhan Jadi Penyesalan Selamanya

- 2 Oktober 2022, 17:00 WIB
Sejumlah potret kerusuhan di Kanjuruhan, Malang. Penyesalan selamanya bagi dunia sepakbola Indonesia bahkan dunia
Sejumlah potret kerusuhan di Kanjuruhan, Malang. Penyesalan selamanya bagi dunia sepakbola Indonesia bahkan dunia /Kolase foto ANTARA dan Twitter.com/@PSSI/

JURNAL MEDAN - Pengamat sepakbola Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali menilai gas air mata dan panitia penyelenggara (Panpel) Arema FC vs Persebaya sebagai penyebab utama kerusuhan di Kanjuruhan.

Gas air mata, kata dia, menjadi penyebab tewasnya ratusan suporter karena berdesakan, sesak napas, dan terhimpit saat berusaha menghindari asap gas air mata.

Sementara panitia penyelenggara (Panpel) melanggar prosedur dengan mencetak banyak tiket yang tidak mematuhi instruksi kepolisian.

Baca Juga: Tragedi di Kanjuruhan, PSMS Medan Ikut Berduka: Tidak ada pertandingan yang sebanding dengan sebuah Nyawa

Menurut Akmal Marhali, polisi sebenarnya sudah meminta Panpel hanya mencetak 25 ribu tiket. Tapi kenyataannya Panpel mencetak 45 ribu tiket.

Akibatnya, stadion Kanjuruhan menjadi over capacity dan ini adalah pelanggaran prosedur yang sangat fatal karena menyebabkan ratusan suporter tewas.

"Polisi sudah sampaikan bahwa hanya boleh mencetak 25 ribu tiket, tapi kemudian panpel Arema mencetak sampai 45 ribu tiket," kata Akmal Marhali kepada wartawan, Minggu, 2 Oktober 2022.

Jumlah penonton dengan aparat kepolisian yang tidak sebanding mengakibatkan aparat menembakkan gas air mata secara membabi buta.

Baca Juga: Deretan Kisah Pilu Tragedi di Kanjuruhan, Anak Kehilangan Orang Tua dan Ibu Gendong Balitanya yang Meninggal

Halaman:

Editor: Arif Rahman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x